Beritadewata.com, Yogyakarta – Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak mengatakan bahwa profesionalisme sangat penting dalam penanggulangan bencana di daerah. Hal tersebut disampaikan Emil pada acara rapat kerja nasional (rakernas) penanggulangan bencana pada Rabu (22/2) di Hotel Sahid Raya, Yogyakarta.
Emil memaparkan mengenai profesionalisme dalam penanggulangan bencana dalam berbagai sudut pandang. Trenggalek yang memiliki upaya mitigasi dan anggaran besar untuk penanggulangan bencana sangat paham ancaman dan potensi bahaya di wilayahnya. Kepemimpinan penanggulangan bencana ditunjukkan oleh Emil ketika dirinya langsung berada di lokasi longsor di Kecamatan Bendungan.
“Jelang malam di salah satu kecamatan, batu besar karena longsor menutup akses jalan utama untuk warga setempat,” kata Emil yang saat itu baru menjabat 1 tahun kepemimpinan daerah.
“Kalau alat berat baru besok, berarti saya harus menginap di sini,” kata Emil mengkritisi belum tersedianya alat berat secara cepat. Kemudian alat berat pun segera datang dan memindahkan batu besar penutup jalan.
“Namun pertanyaan berikutnya, batu itu akan dipindahkan ke mana. Lalu kita haruskan membersihkan lumpur-lumpur di jalan,” lanjut Emil mengenai penanganan yang komprehensif.
Bupati yang hadir di tengah bencana ini tidak ragu untuk menyelamatkan bayi yang saat itu berada di dalam mobil yang terjebak lumpur pascalongsor. Menurut Emil, kecepatan sangat penting dalam merespon situasi krisis.
“Selang 3 menit dari batu dipindahkan, ada mobil lewat. Namun mobil tidak dapat melintas karena jalan berlumpur. Saya dan beberapa orang kemudian membantu untuk mendorong mobil itu. Ternyata, di dalam, ada seorang bayi yang kritis untuk segera mendapatkan perawatan di rumah sakit. Mobil pun berhasil melewati lumpur dan bayi segera mendapatkan pertolongan,” kenang Emil di hadapan sekitar 2.500 perwakilan BPBD provinsi, kabupaten, dan kota di seluruh Indonesia.
Kabupaten Trenggalek yang memiliki luas 2 kali Jakarta ini telah menerapkan pendekatan antisipatif, responsif dan kuratif dalam penanggulangan bencana. “Potensi bencana hampir merata di seluruh wilayah Trenggalek,” ungkapnya memalui rilis yang diterima redaksi, Rabu (22/02/2017).
Pendekatan antisipatif mencakup pemantauan titik rawan, kesiapsiagaan dan peralatan. BPBD Trenggalek telah memiliki pusat pengendali operasi yang memonitor potensi, insiden maupun bencana tanpa henti, 24/7. Emil menyampaikan bahwa pendekatan responsif menekankan pada tiga hal, yaitu evakuasi, makanan dan pengamanan harta benda), sedangkan kuratif merujuk pada aspek pemulihan obyek vital, rehabilitasi dan pemulihan ekonomi.
Bupati Trenggalek sangat memperhatikan BPBD yang ada di wilayahnya. Menurut Emil, tantangan masih dihadapi mencakup tiga hal, yaitu anggaran, keterbatasan aparat dan personel pendukung, serta kondisi psikososial masyarakat dan tim. Namun demikian, pihaknya tetap ingin menunjukkan penanggulangan bencana yang baik dengan indikator pelayanan tanggap darurat dan efisiensi. Seperti ungkap Emil bahwa profesionalisme penting dalam penanggulangan bencana.
Di samping, penanggulangan bencana di Trenggalek, pemimpin daerah dari Kabupaten Pidie Jaya, Kota Bima dan Kabupaten Gresik berbagi praktek baik atau best practice penanggulangan bencana di masing-masing wilayah.