BBTF 2025 Dibuka, Indonesia Tegaskan Komitmen Lestarikan Budaya dan Alam

Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2025 resmi dibuka pada Rabu (11/6/2025) di Bali International Convention Center, Nusa Dua, dengan mengusung tema “Melestarikan Alam Hijau dan Warisan Budaya untuk Dunia.”

BADUNG, BERTA DEWATA – Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2025 resmi dibuka pada Rabu (11/6/2025) di Bali International Convention Center, Nusa Dua, dengan mengusung tema “Melestarikan Alam Hijau dan Warisan Budaya untuk Dunia.” Acara pembukaan menandai komitmen Indonesia untuk memajukan sektor pariwisata yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis pada kearifan lokal.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Widiyanti Putri Wadhana, menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan industri pariwisata dan pelestarian lingkungan serta budaya.

“Pariwisata bukan sekadar industri, melainkan cerita yang kita bagikan kepada dunia. BBTF adalah ruang kolaboratif untuk memperkuat ekosistem pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Widiyanti dalam sambutannya.

Widiyanti mencatat, sepanjang 2024, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tumbuh sebesar 19 persen, dan kembali mencatat pertumbuhan 9,15 persen pada empat bulan pertama 2025. Pemerintah menargetkan kedatangan 16 juta wisatawan internasional dan lebih dari satu miliar perjalanan domestik tahun ini.

Ia juga menyebut Bali sebagai “mahkota” pariwisata Indonesia yang menyumbang 44 persen devisa sektor tersebut, dengan kenaikan wisatawan asing sebesar 20,1 persen tahun lalu.

“Kami meluncurkan program Bali and Beyond Tourism untuk mendorong pemerataan pariwisata ke wilayah seperti Jembrana, Buleleng, hingga Banyuwangi,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Siti Nugraha Maulana, menyampaikan bahwa BBTF telah menjadi ajang promosi strategis yang memperkuat diplomasi budaya Indonesia di mata dunia.

“Pariwisata adalah kekuatan lunak (soft power) Indonesia. BBTF menjadi sarana yang efektif untuk mengenalkan Indonesia sebagai ‘living ecosystem’ yang menyatu dengan budaya, alam, dan nilai spiritual,” tuturnya.

Acara pembukaan ditandai dengan bunyi kulkul—gong bambu tradisional Bali—sebagai simbol kolaborasi dan semangat kolektif membangun pariwisata masa depan yang lebih hijau dan inklusif.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here