BULELENG – Krama Desa Adat Pejarakan, Kecamatan Gerokgak Buleleng, Bali gelar prosesi upacara keadat di Pura Sidhi Tanjung Gelap yang bertujuan untuk meminta berkah agar ada hujan turun, dimana lokasi pura tersebut bersebrangan dengan Teluk Banyuwedang, jika warga hendak melakukan prosesi persembahyangan sedikit tidaknya harus melalui Teluk tersebut.
Dalam rangkaian upacara yang di gelar pada Sabtu (18/11) pukul 12:00 hingga pukul 17:00 wita yang bertepatan dengan Tilem kelima seluruh kerama Adat perempuan membawa banten piodal (Upacara) seperti peras pejati, peneman, dan dewa yuan. Prosesi upacara yang berjalan lancar hingga sore hari tersebut diirngi dengan gambelan adat Bali serta menampilkan tari tarian sakral yang dipercayai warga sebagai rangkaian untuk meminta hujan.
Pura Sidhi Tanjung Gelap ini dipercayai krama Adat Pejarakan untuk meminta hujan jika kemarau panjang berlangsung, dan krama juga menghaturkan hasil panen jika sudah panen dari hasil pertanian yang selama ini mampu dikelola dikebunya masing-masing. Lokasi Pura yang berada di tengah kawasan hutan milik Taman Nasional Bali Barat (TNBB) itu selalu dijaga kesakralanya oleh masyarakat di Teluk Banyuwedang bahkan Pura Sidhi Tanjung Gelap berdekatan dengan Hotel Plataran Harmoni dan The Menjangan.
Pada saat prosesi upacara di gelar bunyi Gamelan (Gong) mengalun-alun yang diiringi dengan nyanyian, puluhan kerama adat mendadak kesurupan (kerahuan) mulai dari kerama anak-anak hingga para orang dewasa dengan memegang sebilah keris yang sebelumnya sudah disiapkan, kemudian dengan tidak sadar keris tersebut di ambil dan diayun-ayunkan kemudian menusuk-nusukan kedada, namun hal tersebut tidak membuat luka.
Kelian Banjar Adat Banyuwedang desa Pajarakat Komang Sudiasa Artawan yang juga selaku pengempon pura saat di konfirmasi usai upacara mengatakan, bahwa tujuan upacara sekarang merupakan Puja Wali, Sasih kelima saat mulai musim tanam petani, makan diadakan Puja Wali dan jika kemarau berkepanjangan maka akan diadakan kembali ritual nunas ujan, untuk kebutuhan air petani setempat yang ada di kawasan Buleleng barat.
Karena pura Sidhi Tanjung Gelap pada Puja Wali ini sering dipercayai warga untuk memohon hujan jika kemarau panjang berlangsung dengan mengaturkan beberapa sesajen sebagai sarana pelengkap upacara. “Untuk yang kesurupan seperti anak-anak membawa keris dan menancap-nancapkan ke dada itu sudah biasa, saat itu mereka tidak sadar karena sudah ada roh halus yang memasuki tubuhnya. Upacara ini digelar setiap tahun sekali pada Puja Wali sasih kelima, namun jika kemarau terus berlangsung maka ritual untuk meminta hujan akan kembali digelar karena petani disini hanya mengandalkan air dari hujan untuk kebutuhan pertanian,“ jelas Sudiasa Artawan.