Buleleng – Nasib malang dialami siswa SD N 2 Tukad Mungga Kecamatan Buleleng bernama Gede Yuda Prastya(11). Anak pasutri Putu Sumadra dan Kadek Budiartini asal Dusun Labak Desa Anturan Buleleng ini hanya bisa berpasrah. Putra semata wayangnya harus dirawat di rumah, walau divonis gagal ginjal karena ketiadaan biaya.
Dengan umur sekecil itu, Yuda divonis oleh tim medis dari RSUD Sangglah mengalami gagal ginjal. Kedua organ di dalam tubuhnya dinyatakan sudah tidak berfungsi maksimal dengan status stadium 5. Yuda harus menjalani operasi dan dipasangi selang bantuan untuk pencernaan bila ingin menelan makanan.
Penyakit mematikan ini diketahui pada Februari lalu menjelang perayaan Nyepi 2018. Saat itu tiba-tiba wajah Yuda mengalami pembengkakan. Menurut keterangan dari kedua orang tuanya, keluarganya tidak ada keturunan gagal ginjal. Setelah melihat bengkak di wajah anaknya, kedua orang tuanya langsung membawa Yuda ke RSUP Singaraja.
Karena stadium sudah tinggi, pihak RSUD Singaraja membuat rujukan ke RSUP Sanglah Denpasar. Saat dirawat beberapa hari di RSUP Sanglah, Yuda harus menjalani operasi untuk memasang selang bila ingin menelan makanan.
Setelah dirawat beberapa saat di RSUP Sanglah Denpasar, Yuda harus pulang ke rumahnya di Buleleng. Hal ini karena pihak Sanglah mendesak agar Yudah harus dioperasi cangkok ginjal yang total biayanya lebih dari Rp 500 juta. Sementara kedua orang tuanya yang sehari-hari hidup sebagai nelayan tangkap ikan di perairan Desa Anturan yang penghasilannya tidak menentu.
Saat berangkat ke RSUP Sanglah Denpasar pun dengan biaya seadanya yang diperoleh dari urunan warga kelompok Nelayan Taruna Samudra Desa Anturan. Urunan tersebut didapat dengan jumlah Rp2,5 juta. Kedua orang tua Yuda nekat membawa anaknya ke RSUP Sanglah.
“Selama sebulan dirawat di RSUP Sanglah, hanya dengan bermodalkan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Permintaan operasi cangkuk ginjal belum bisa dilakukan karena biaya mahal. Kami akhirnya pulang ke Buleleng, hanya dirawat jalan selama ini,” ujar kedua orang tuanya.
Kini Yuda hanya dirawat di rumah. Kedua orang tua hanya bisa memandang kodisi Gede Yuda Prastya yang terbaring lemas tak berdaya. Bahkan setiap jam Yuda merintih kesakitan dan bingung atas penyakit yang dideritanya.
“Bingung saya harus mencari bantuan dimana lagi. Yuda divonis gagal ginjal dan setiap seminggu harus cuci darah 2 kali. Dimana dapat uangnya. Anak saya pingin sembuh, penghasilan sebagai nelayan kadang dapat kadang tidak. Tak henti-henti derita yang saya alami. Yuda sudah dua bulan ini tidak dapat bersekolah,” ujar Putu Sumada dan Kadek Budiartini.
Dengan kondisi ini, Yuda hanya bisa berbaring lemas di rumahnya. Keluarga sangat berharap uluran tangan dari berbagai pihak demi kesembuhan Yuda agar bisa kembali bersekolah seperti anak seumuranya.