Penulis : I Gusti Ngurah Widya Hadi Saputra, S.M., MSM
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen Universitas Airlangga/Dosen Universitas Pendidikan Nasional
Jamais Cascio, seorang futurist, circa 2020 lalu menyampaikan bahwa dunia telah berubah. Disrupsi yang ditandai dengan situasi VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous) telah bergeser ke era BANI (Brittle alias mudah pecah; Anxiety yang ditandai dengan keadaan yang mengkhawatirkan; Non-linear atau tidak lurus; dan Incomprehensible yaitu sulit dipahami).
Kondisi BANI ini pula, harus dihadapi oleh Zillennial (generasi Z) ke depan, terlebih lagi dengan adanya BANI (Blockchain, Artificial Intelligence, Nirkabel, dan Internet of Things) telah mengubah cara kerja dan bisnis di banyak sektor, dan menuntut adanya keterampilan baru yang diperlukan oleh tenaga kerja masa depan. Oleh karena itu, perusahaan dan organisasi perlu mempersiapkan talenta generasi Z untuk menghadapi era BANI ini.
Zillennial dikenal sebagai generasi yang terbiasa dengan teknologi. Mereka tumbuh dalam lingkungan digital, atau digital natives, yang terus berkembang dan memiliki akses mudah ke internet dan perangkat teknologi. Oleh karena itu, mereka memiliki keunggulan dalam hal penggunaan teknologi dan pemahaman tentang dunia digital.
Namun, penggunaan teknologi saja tidak cukup untuk mempersiapkan talenta generasi Z menghadapi era BANI. Kondisi brittle yang ringkih dan mudah pecah menuntut talenta masa depan yang lebih adaptif. Situasi ini juga mengharuskan Zillennial untuk lebih peduli terhadap sesama dan penuh dengan rasa empati ditengah rasa anxiety yang tinggi.
Non-linear condition dan derasnya arus perubahan membuat kemampuan daya analisis transdisiplin menjadi keharusan dan kita harus lebih memahami bagaimana proses men-generate solusi dari berbagai masalah yang saling berkaitan. Tentu, dalam kondisi yang incomprehensible atau sulit dipahami, diperlukan manusia yang mau untuk membuka diri, memahami perbedaan pendapat, dan memiliki rasa toleransi.
Lalu, apa yang semestinya menjadi perhatian bagi perusahaan dan organisasi untuk memastikan talenta generasi Z dapat berkembang dan berkontribusi di era BANI? Talent yang dibutuhkan di era BANI harus memiliki keterampilan teknologi yang relevan. Misalnya, mereka harus menguasai pemrograman, data analisis, machine learning, dan blockchain.
Oleh karena itu, perusahaan dan organisasi harus memberikan pelatihan dan sumber daya yang diperlukan agar talenta generasi Z dapat mengembangkan keterampilan ini guna lebih memahami bisnis dan pasar yang ada. Selain keterampilan teknologi, talenta generasi Z juga harus memiliki keterampilan sosial dan kerja tim.
Mereka harus mampu bekerja dalam tim, berkomunikasi dengan baik, dan memecahkan masalah secara efektif. Perusahaan dan organisasi harus memberikan kesempatan untuk talenta generasi Z berinteraksi dengan sesama anggota tim dan belajar dari pengalaman kerja yang sebenarnya. Era BANI juga menuntut kreativitas dan inovasi dalam berpikir dan menghadapi masalah.
Perusahaan dan organisasi harus memberikan kesempatan bagi talenta generasi Z untuk mengembangkan kreativitas mereka. Ini bisa dilakukan dengan memberikan tantangan dan proyek yang menantang, serta memberikan ruang bagi ide-ide inovatif.
Budaya kerja yang positif dan inklusif juga memberi peluang untuk kolaborasi antar anggota tim, yang mampu meningkatkan produktivitas dan mengurangi konflik di tempat kerja. Zillennial juga perlu diberi feedback yang konstruktif secara langsung dan terbuka, yang tentu membantu dalam meningkatkan motivasi dan kinerjanya.
Dengan mempersiapkan talenta Generasi Z yang memiliki potensi luar biasa untuk membawa inovasi dan solusi baru dalam bisnis, perusahaan dapat lebih siap menghadapi era BANI yang semakin kompleks dan menantang. Kalau sudah begitu, jeg pasti BANI! (pasti berani menghadapi!)