
Denmark – Nordic Baltic Indonesian Scholar Conference (NBISC) adalah acara konferensi tahunan yang digelar oleh Perhimpunan/Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) yang berada di wilayah Nordik dan Baltik yaitu PPI Denmark, PPI Finlandia, PPI Swedia, PPI Norwegia, dan PPI Estonia.
Konferensi ini merupakan konferensi kelima yang akan dilaksanakan di Copenhagen, Denmark selama dua hari, pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 16 dan 17 Maret 2019. Secara umum, konferensi ini bertujuan sebagai ajang bertemu dan berdiskusi antar para akademisi, peneliti, dan pelajar Indonesia yang berada di wilayah Nordik dan Baltik.

Tema yang diangkat dalam konferensi kali ini adalah Sustainable Development Goals (SDG), yang merupakan agenda global untuk mendorong perubahan-perubahan kearah pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Tema tersebut sangat bersesuain dengan bidang studi pelajar Indonesia di kawasan nordik baltik yang kebanyakan di bidang terkait dengan SDGs.
Ketua PPI Denmark, Luthfi Nur Rosyidi dalam kata sambutannya mengawali acara konferensi mengatakan bahwa konferensi tersebut penting sekali, karena bisa mengkolaborasikan dan mensingkronkan berbagai studi yang dilakukan para pelajar, seklaigus untuk membangun jejaring diantara mereka. Ada 19 poster hasil penelitian dan 10 foto terkait SDGs yang dilombakan dalam acara ini.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Denmark dan Republik Lithuania, bapak M. Ibnu Said turut hadir memberikan sambutan sekaligus membuka acara konferensi. Beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pembicara yang telah berkenan untuk berpartisipasi dalam konferensi ini.
Dalam sambutannya, bapak M. Ibnu Said juga memaparkan beberapa kerjasama yang telah terjalin antara pemerintah Indonesia diantaranya program hutan harapan. Diakhir sambutannya, beliau berharap konferensi ini dapat menghasilkan rekomendasi yang dapat berkontribusi dalam pencapaian pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.
Pembicara NBSIC pada panel pertama menampilkan bapak Rahmat Witoelar yang merupakan Utusan Khusus Presiden RI dibidang climate change, dalam presentasinya, beliau mengemukakan bahwa hal terpenting dalam meningkatkan kepedulian climate change adalah perubahan aksi dari pemerintah ke non-state actors, hal ini memungkinkan terbukanya kekuatan baru dari bawah untuk meningkatkan kepedulian terhadap climate change.
Senada dengan beliau, aktivis muda Nick Fitzpatrick yang aktif dalam Youth Climate Lab (YCL) pada presentasinya menekankan dan mengajak bahwa kepedulian ini harus juga dimiliki oleh generasi muda dengan memulai dari diri sendiri hingga level internasional.
Pembicara lain yang juga diaspora Indonesia di Denmark memaparkan bahwa terdapat 3 aspek yang merupakan tantangan dalam produksi clean energy yaitu commercial aspect, regulation from government, and social aspect. Tantangan tantangan ini tentunya tanpa solusi, Denmark sebagai negara produsen energi terbarukan mengkolaborasikan secara bersama antara industri, universitas dan pemerintah dan semua stakeholders sebagai solusi menghadapi tantangan ini.
Pada panel 2, menghadirkan ibu Dr. Andi Erna Anastasjia Walinono, co-chair filantropi Indonesia dan mantan duta PBB untuk MDGs, menyatakan bahwa penting untuk membangun kemitraan dalam keterpaduan dengan tata kelola yang partisipatif, transparan dan akuntabel. Christian Lund, Head of Section Global Development, IFRO, University of Copenhagen dalam presentasinya menekankan pentingnya membangun research collaboration antara akademisi dengan praktisi SDGs, dengan demikian akan tercipta sinergitas yang akan mempercepat proses pencapaian tujuan tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
NBSIC 2019 kali ini juga dimeriahkan dengan presentasi poster dan lomba fotografi yang diikuti oleh peserta dari PPI negara negara Nordic baltik, dimana ada 19 presenter poster dan 7 peserta lomba fotografi. Poster yang dipresentasikan adalah hasil dari penelitian di bidang studi masing-masing, terkait dengan sutainable development goal. Masing-masing presenter menyajikan perkembangan SDG dari disiplin ilmu mereka, dan menghasilkan suatu dialog yang saling mencerahkan bagi para hadirin.
Konferensi diakhiri dnegan pernyataan bersama dan deklarasi pembentukan forum komunikasi untuk menindaklanjuti-poin-poin yang telah disepakati. Beberapa poin tersebut adalah:
1. Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) diperlukan kerja sama kemitraan antara pemerintah, organisasi kemasyarakatan, akademisi, swasta, dan filantropi untuk memajukan ekonomi dan pembangunan sosial.
2. Mendorong seluruh pemangku kepentingan di atas untuk berperan aktif dalam mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan mengatasi perubahan iklim.
3. Perlu memobilisasi seluruh potensi dan sumber daya untuk mewujudkan SDGs.
4. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya SDGs.
5. Berkomitmen untuk berkontribusi dan bersinergi dalam mewujudkan target SDGs di Indonesia pada tahun 2030 sesuai dengan kapasitas, pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan bidang yang dikuasai sesuai dengan 17 pilar yang ditetapkan dalam SDGs.
6. Penguatan kerja sama antara diaspora dan pelajar Indonesia di wilayah Nordik Baltik dengan akademisi, profesional, peneliti, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengembangkan penelitian dan mengimplementasikan ilmu yang didapat untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
7. Untuk mengawal poin-poin di atas, serta mengembangkan relasi dan kolaborasi sesama pelajar Indonesia di wilayah Nordik Baltik, kami bersepakat untuk berhimpun dalam Wadah Komunikasi Alumni dan Pelajar Indonesia di wilayah Nordik Baltik.