Denpasar – Aksi Gubernur Bali Made Mangku Pastika akibat travel warning yang diberikan oleh 5 negara sungguh luar biasa. Kelima negara yang sudah memberikan travel warning kepada warganya adalah Inggris, Amerika, Australia, Singapura, dan New Zeland. Selain travel warning dari 5 negara tersebut, sekitar 30 hotel di Bali mengaku telah menerima pembatalan kunjungan tamu dari berbagai negara.
Gubernur Bali akhirnya mengumpulkan seluruh Konsulat Jenderal (Konjen) yang ada di Bali untuk diberikan penjelaskan, soal kondisi Gunung Agung dan kondisi destinasi wisata lainnya di Bali. Dari 35 Konjen yang diundang, hanya Konjen dari 2 negara yang tidak hadir karena alasan sakit yang Brasil dan Sri Lanka. Sementara 33 Konjen lainnya dikumpulkan di Kantor Gubernur Bali, Rabu (4/10/2017).
Menurut Pastika, Pemprov Bali sengaja mengundang seluruh Konjen yang ada di Bali untuk menjelaskan situasi terkini soal Gunung Agung. “Saya sengaja mengundang semua Konjen di Bali untuk menjelaskan situasi terakhir Gunung Agung yang saat ini masih menjadi status awas. Tetapi aktifitas Gunung Agung sudah mulai menurun. Kalau pun meletus hanya mencapai area 12 kilometer. Dan tidak ada korban karena warga di 28 desa itu sudah kosong, sudah pindah di tempat yang aman,” ujarnya.
Saat ini memang sudah ada travel warning itu berasal dari 5 negara. “Bukan travel ban, tetapi travel warning. Negara hanya memperingati warganya selama berada di Bali untuk tidak mendekati Gunung Agung atau hati-hati. Saya sudah minta untuk diangkat saja atau mencabutnya, dan semua tidak ada pertanyaan. Semua sudah setuju,” ujarnya.
Menurut Pastika, yang dipertanyakan oleh para Konjen itu adalah bagaimana kalau seandainya Gunung Agung meletus, bagaimana dengan bandara, bagaimana dengan kepulangan mereka ke negaranya. “Ternyata yang menjadi konsen para Konjen itu bagaimana dengan bandara kalau ditutup, bagaimana mereka bisa pulang,” ujarnya. Terhadap pertanyaan tersebut, Gubernur Bali menjelaskan, jika kalau dia orang asing maka urusannya visa. Diprediksi pada hari pertama penutupan bandara maka jumlah penumpang yang akan membludak hingga 5 ribu orang.
Pemerintah sudah siapkan akomodasi, transportasi untuk diantar ke beberapa beberapa bandara alternatif. “Kita siapkan transportasi, kita bantu urus tiketnya, kitan bantu akomodasinya, semuanya gratis. Kita siap, free. Karena orang uangnya sudah habis mau bagaimana lagi. Ini namanya bencana. Anggaran berapa saja bisa diatur karena ini darurat bencana. Jangan sampai mempertanyakan uang dari mana lah, semuanya bisa dilakukan secara gotong royong,” ujarnya.
Pastika menduga, banyak negara asing tersebut masih mengaggap Bali ini primitif, belum memiliki kemajuan. Mereka membandingkan dengan tahun 1963 dimana letusan saat itu menimbulkan banyak korban. Padahal dampak letusan kali ini hanya berpengaruh terhadap 28 desa. Itu pun hanya di Karangasem. Sementara di Bali seluruhnya ada 716 desa.
Artinya, tempat lain di Bali masih ada desa yang layak dikunjungi. Sementara di tahun 1963, teknologi belum ada, listrik belum ada, jalan masih rusak, komunikasi tidak ada. “Sekarang semuanya sudah tertangani dengan baik. Sudah ada peringatan dini bahaya, daerah rawan bencana sudah kosong, dan kalau pun meletus tidak akan ada korban. Mudah-mudahan setelah pertemuan ini, banyak negara di dunia tidak lagi membatalkan kunjungannya ke Bali,” ujarnya.