DENPASAR, BeritaDewata – Gubernur Bali Wayan Koster menyambut baik usulan masterplan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang dicanangkan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf) RI.
“Saya menyambut baik, terlebih Bali sedang ditata kembali, agar makin menarik bagi wisatawan. Baik dari sisi alamnya, infrastruktur maupun layanan wisatanya,” ujar Gubernur Koster ketika bertatap muka dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio di Rumah Jabatan Jaya Sabha, Denpasar pada Jumat (22/11) sore.
Gubernur Koster mengatakan, selama ini pariwisata Bali belum terkelola secara maksimal sehingga perlu dibenahi lagi di segala segi. “Beruntung, wisatawan tetap datang ke Bali. Hanya jika dibiarkan lama-lama akan stagnan. Untuk itu perlu penanganan lebih serius,” ungkap Gubernur Koster yang dalam kesempatan tersebut juga didampingi Wagub Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati ( Cok Ace).
Pria asal Sembiran, Kabupaten Buleleng ini meyakini, pariwisata Bali yang berbasiskan budaya dn kearifan lokal harus didukung pula keamanan dan kenyamanan yang memadai. “Alamnya kini kita bersihkan. Infratruktur, jalan short cut, dermaga, hingga bandara akan kita selesaikan. SDM-nya pun akan kita perkuat,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini. “Bali tidak punya minyak, gas, tambang, dan lainnya. Jadi harus betul-betul dijaga pariwisatanya sebagai tulang punggung utama,” imbuhnya.
Sependapat dengan Gubernur Koster, Menparekraf Wishnutama memastikan Bali tetap daya tarik utama pariwisata Indonesia. “Biarpun kini ada rencana pengembangan destinasi bertajuk ’10 Bali Baru’ namun tetap saja perlu waktu untuk menjadi seperti Bali. Perlu penataan dan usaha panjang, bisa 10 atau bahkan 20 tahun. Bali sudah punya image dan brand, lewat adat dan budayanya, yang membuatnya lebih mudah untuk dikembangkan lagi,” urai pria yang juga praktisi dan pengusaha media ini.
Namun demikian, ia menganggap Bali dan Indonesia secara umum perlu sebuah rancangan besar untuk keberlanjutan pariwisata ke depan. “Singapura punya masterplant untuk 90 tahun. Bali harus punya juga, dengan penekanan yang jelas, bukan parsial,” ujarnya.
Kemenparekraf menurutnya sangat mendukung pengembangan pariwisata Bali termasuk infrastruktur hingga pendidikan guna menguatkan SDM jasa pariwisata. “Kita sangat support, masih banyak ruang dan kawasan yang bisa dikembangkan di Bali. Seperti di Bali Utara, masih banyak yang potensial. Ini jauh lebih mudah dibandingkan merancang destinasi wisata dari nol di daerah lain,” sebutnya.
Pertemuan yang sekaligus menjawab pro dan kontra tentang wacana wisata ramah Muslim di Bali itu, dihadir pula Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo serta tokoh dan praktisi pariwisata Bali.