DENPASAR, BERITADEWATA – Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Provinsi Bali meminta agar Bali bisa melakukan berbagai upaya untuk mandiri oksigen.
Kemandirian oksigen tersebut sangat diperlukan karena saat ini stok oksigen di Bali terus menipis sementara permintaan terus bertambah. Ketua ARSSI Bali I.B.G. Fajar Manuaba mengharapkan, Bali mandiri produksi gas oksigen karena pandemi bisa berulang atau berkepanjangan.
Akibat terjadi trend peningkatan kasus positif Covid-19, sehingga menimbulkan kebutuhan oksigen semakin meningkat dan ketersediaan obat terbatas.
“Pandemi di Bali, jumlah kasus terkonfirmasi harian terus menanjak. Permintaan oksigen akan terus menanjak, tapi stok menipis. Saatnya Bali mandiri oksigen,” ujarnya di Denpasar, Jumat (6/8/2021).
Ia mengatakan, data selama dua pekan lebih terakhir, dari 18 Juli 2021 – 3 Agustus 2021, dan jumlah orang yang meninggal. Pertama, ada 944 kasus positif, dengan angka kematian 20. Kedua, ada 837 kasus positif dengan angka kematian 25. Ketiga, ada 880 kasus positif dengan angka kematian 23. Keempat, ada 1.111 kasus positif dengan angka kematian 23. Kelima, ada 1.250 kasus positif dengan angka kematian 33.
Keenam, ada 1407 kasus positif dengan 32. Ketuju, ada 1057 kasus positif dengan angka kematian 25. Kedelapan, ada 990 kasus positif dengan angka kematian 27. Kesembilan, ada 1078 kasus positif dengan angka kematian 26. Kesepuluh, ada 1314 kasus positif dengan angka kematian 33. Kesebelas, ada 1452 kasus positif dengan angka kematian 44.
Keduabelas, ada 1119 kasus positif dengan angka kematian 20. Ketigabelas, ada 1365 kasus positif dengan angka kematian 37. Keempatbelas, ada 1280 kasus positif dengan angka kematian 34. Kelimabelas, ada 1146 kasus positif dengan angka kematian 33. Keenambelas, ada 1044 kasus positif dengan angka kematian 47. dan pada tanggal 3 Agustus ada 1408 positif dengan angka kematian 38 orang. Dari data ini diketahui kenaikan kasus positif pesat, fatality rate juga signifikan.
“Sudah saatnya kita mandiri dalam hal produksi oksigen karena pandemi bisa berulang atau berkepanjangan. Kurangi ketergantungan dengan impor dari Jawa,” tegasnya.
Ketersediaan oksigen di Rumah Sakit Provinsi Bali masih kurang atau tidak seimbang. Dinas Kesehatan Bali telah meminta peningkatan pemenuhan ketersediaan kapasitas tempat tidur pada Rumah Sakit Penyelenggara Pelayanan Covid-19 di Provinsi Bali sesuai B.18.445/2649/PELKES/DISKES pada tanggal 3 Agustus 2021.
Dengan mengingatkan kembali anggotanya yang belum merawat Covid-19 dan yang belum konversi TT sebesar 40% untuk perawatan Covid-19 untuk segera mengkonversi sesuai SE Kementerian Kesehatan No. HK.02.01/Menkes/12/2021 tentang Peningkatan Kapasitas Perawatan Pasien Covid-19 pada RS Penyelenggara Pelayanan Covid-19 tanggal 11 Januari 2021 Dan SE Kepala Dinas Kesehatan No. B.18.445/2277/Pelkes.
Diskes tentang Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 di Provinsi Bali tanggal 1 Juli 2021. “Teman-teman RS Swasta belum berani buka tempat tidur untuk Covid secara maksimal apalagi kalau jatuh dalam keadaan berat atau kritis di RS Swasta sulit sekali mengirim ke RS Rujukan. Selalu penuh ICU,” ungkapnya.
Jumlah Rumah Sakit Swasta ada 72 dipenuhi permintaan tabung hanya 45 Rumah Sakit Swasta dengan total 600 tabung pada tanggal 3 Agustus 2021.
Sedangkan pasien Covid-19 sedang, yang menuju berat memerlukan oksigen 10 liter per menit bahkan 20 liter per menit. “Sedangkan satu tabung besar isinya 6.000 liter bisa dihitung betapa borosnya pemakaian oksigen,” bebernya.
Ditambah lagi oksigen cair masih datangkan dari Jawa begitu terlambat akan ada rebutan antara RS pemakai Oksigen cair yang beralih ke oksigen gas/tabung dengan RS yang pakai oksigen gas/tabung sejak awal.
Selain itu, Bali masih ekspor sampah medis ke Jawa yang jumlahnya makin banyak sejak pandemi. Padahal sudah diusulkan oleh ARSSI sejak 2016 pengolahan sampah medis tidak pernah terealisasi. Sekarang muncul masalah baru tidak mandiri dalam hal oksigen.
Secara terpisah Kabag Umum dan Humas RS Bhakti Rahayu Ida Bagus Ketut Alit Subudi menambahkan, kebutuhan oksigen dengan jumlah pasien rata-rata 20 pasien Covid-19 itu membutuhkan oksigen gas sekitar 35 tabung dengan ukuran 6m3. “Itu sudah termasuk pemakaiaan non pasien covid. Kalo itu rutin dikirimkan setiap hari saya kira sudah cukup untuk memenuhi,” ungkapnya.
Kenyataan paling banyak yang pernah diterima 12 tabung semenjak kondisi pasien Covid meningkat awal Juli 2021. Oksigen tidak untuk pasien Covid-19 saja. Tetapi pasien yang sedang operasi juga membutuhkan oksigen.
Jumlah pasien Covid -19 yang diterima pada tanggal 31 juli 2021 sebanyak 21 pasien, 1 Agustus ( 21 pasien), 2 Agustus (23 pasien) dan 3 agustus (26 pasien). Ia mengharapkan pemerintah kabupaten atau kota turut serta mengakomodir kebutuhan oksigen yang langka sekarang ini bagi setiap rumah sakit baik dengan membantu pengadaan beberapa puluh alat oksigen konsentrator atau satu oksigen generator untuk RSUD masing-masing daerah.
Dengan demikian, penanganan cara membangun produksi oksigen sehingga tidak mengadalkan dari pihak swasta saja. Oleh karena hampir semua rumah sakit mengalami hal yang sama saat ini terkendala oksigen. Kondisi normal 20 sampai 25 tabung dengan ukuran 6m3 dan pengiriman rutin sudah cukup dimasa lonjakan pasien covid 19 dengan pengiriman minimal 35 tabung oksigen dengan ukuran 6m3 dan itu rutin dikirim sudah cukup mengakomodir ketersedian oksigen.
Sementara Rumah Sakit Siloam, untuk kebutuhan oksigen untuk pasien Covid dan pasien umum untuk per tanggal 3 Agustus masih mencukupi. Berharap ada pasokan oksigen untuk hari-hari berikutnya.
Sedangkan, Dirut RSUP Sanglah Wayan Sudana, mengaku ketersediaan cukup di bawah koordinasi Satgas Oksigen Provinsi Bali ketika dikonfirmasi tanggal 2 Agustus lalu. Namun, Kepala Dinas Kesehatan Bali Ketut Suarjaya mengaku ketersediaan oksigen bisa dimanajemen dengan baik. Dalam antisipasi ketersediaan oksigen yang menipis telah terbentuk Satgas Oksigen, puhaknya telah mencari sumber baru untuk dipasok lagi. Bali tidak hanya mengandalkan satu tempat, tetapi pihaknya Jateng dan Jatim, sekarang sedang kirim 150 tabung ke Jatim.