Denpasar – Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyangkal semua tuduhan atau pernah menjanjikan kuota 10 persen tenaga kerja di Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM). Menurut Pastika, tidak ada janji kuota 10 persen dari pemerintah secara resmi. Ia menduga, janji itu mungkin disalahpahami oleh warga Sanur saat sosialisasi.
“Kita tidak pernah janji kuota 10 persen. Siapa yang janji itu. Kita juga tidak tahu,” ujarnya di Denpasar, Selasa (31/10). Ia mengaku sudah bertemu langsung dengan para tokoh masyarakat dari Sanur beberapa hari lalu untuk berbicara masalah itu. Intinya, kalau pun toh harus dipenuhi, bukan pada tugas inti pelayanan kesehatan tetapi diisi pada tugas lainnya seperti Satpam, londry, perawatan bangunan dan sebagainya.
“Saya diminta untuk bertemu. Tetapi saya minta agar tidak banyak-banyak karena nanti dikira demo. Setelah pertemuan itu, saya minta tidak ada demo lagi. Ternyata warga saat hari soft opening, warga Sanur berkumpul di Pantai Mertasari. Lalu saya diminta kesana. Kalau tidak terpenuhi, maka mereka akan berdemo. Makanya saya tidak jadi datang. Lalu mereka berdemo,” ujarnya.
Menurutnya, demo ke RSBM itu sudah menyalahi aturan. “Saya lupa pasalnya, tetapi Rumah Sakit, tempat ibadat, sekolah, itu dilarang untuk berdemo. Mereka bisa dikenai pasal. Tetapi kita tidak menempuh itu. Memangnya, kalau orang Sanur demo, apakah pelayanan di RSBM dihentikan. Tidak bisa. Disana dokternya berkualitas, perawatnya berkelas semua, fasilitas modern dan canggih,” ujarnya.
Makanya, sekalipun tidak ada seremonial soft opening, tetapi operasional tetap berjalan. Buktinya, baru dibuka hari Sabtu sore (28/10), pasien terus berdatangan. Bahkan, beberapa orang asing juga sudah menggunakan jasa RSBM tersebut.
“Saya sudah memberikan penjelasan kepada Jokowi. Presiden tanya soal RSBM itu. Saya jelaskan, bahwa itu rumah sakit mewah untuk orang miskin. Karena fasilitasnya seperti hotel mewah. Mungkin itu yang menyebabkan rasa antipati bagi orang-orang yang tidak suka,” ujarnya.
Menurutnya, sekalipun didemo, pasien di rumah sakit itu tetap membludak. Padahal baru diresmikan dua hari lalu. “Baru didemo. Sekarang pasiennya semakin banyak. Makanya kita berharap jangan demo ke rumah sakit. Karena para dokter, perawat akan terganggu. Mereka akan takut dan stres. Kalau terus begini, mereka tidak konsen layani pasien,” ujarnya.
Ini risikonya besar. Saat sedang melayani pasien, menjadi tidak konsen. Itulah sebabnya, UU mengatur kalau Rumah Sakit itu tidak boleh didemo.
Semakin membludaknya pasien yang datang ke RSBM dibenarkan oleh Direktur Utama RSBM dr Bagus Darmayasa. “Ya betul, sampai saat ini pasiennya membludak. Menariknya, banyak juga yang datang dari warga Sanur atau orang yang tinggal di seputaran Sanur,” ujarnya.
Ia mengaku laporan dari staf sudah sangat banyak. Sampai dengan tadi malam, Senin (30/10) sudah ada 22 pasien berobata di RSBM. “Bahkan, hari Minggu kemarin saja, sudah banyak pasien,” ujarnya.
Bahkan, pria yang masih menjabat sebagai Direktur Utama RSJ Bangli ini sempat menerima dua orang asing dari Austria dan Belanda. “Mereka datang ke RSBM karena mengenalnya dari berbagai macam pemberitaan. Mereka yakin jika RSBM itu memberikan pelayanan yang prima,” ujarnya.
Kedua warga negara asing itu bernama Diane Clemencau asal Austria dan Clemencau Margit asal Belanda. Kedua datang ke RSBM melakukan pemeriksaan lengkap. Keduanya tinggal sementara di Jl Kutat Lestari no 72 Sanur. Sementara untuk pasien lokal melakukan rawat jalan.