Bali Perlu Sinergi Pentahelix untuk Tangguh Bencana

Sekda Bali Dewa Made Indra di acara Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Bali melakukan refleksi akhir tahun

DENPASAR, BERITA DEWATA – Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Bali melakukan refleksi akhir tahun di Sanur Bali, Senin (13/12/2021). Seluruh Sub Forum dari unsur Pentahelix bersama dengan asosiasi dan relawan bertemu untuk melakukan refleksi tahunan. Acara dikemas dalam bentuk permainan yang menggambarkan kekompakan tim dalam mengatasi kesulitan dalam situasi darurat. Dalam arahannya, Ketua FPRB Bali Gede Sudiarta mengatakan, FPRB Bali mengalami pasang surut yang cukup drastis. Ada kelelahan yang luar biasa. Namun semangat itu akhirnya muncul kembali sebab beberapa sub forum tetap bertahan dan bahkan munculnya forum baru dan relawan dalam rentang waktu 2011-2021. “Unsur Pentahelix kembali membangkitkan semangat untuk mencapai Bali yang tangguh bencana,” ujarnya.

Sekda Bali Dewa Made Indra mengatakan, Pentahelix harus diperkuat secara internal dan saling memperkuat secara eksternal. “Ibaratnya scrup, kita harus saling mengunci, saling memperkuat diantara forum dan sub forum demi Bali yang tangguh bencana. Secara internal kuat, dan diantara unsur Pentahelix ini juga saling memperkuat agar Bali menjadi tangguh bencana,” ujarnya.

Ia mengatakan, bencana alam itu bisa datang kapan saja seperti bencana geologi, bencana hidrologi dan wabah. Ia menegaskan, bencana bisa datang kapan saja. Untuk itu diperlukan kajian dan riset khusus untuk melakukan pengurangan resiko bencana, perlunya pemetaan dengan baik, jenis bencana dan seterusnya. Perlu dilakukan penyusunan rencana penanggulangan resiko bencana berbasis ilmiah, karena selama ini kita belum memiliki studi dan kajian riset yang komprehensif sebagai acuan.

“Selama ini koordinasi dan sinergitas antara pemerintah dan institusi terkait sudah berjalan dengan baik namun tetap harus ditingkatkan dan diperkuat, khususnya dalam hal melakukan studi atau pemetaan resiko bencana, pengadaan anggaran atau pendanaan serta pengerahan sumber dana dalam penanggulangan bencana,” ujarnya.

Sekda Dewa Indra menambahkan, jika kita melihat ke belakang, refleksi ini merupakan pertumbuhan yang luar biasa dimana jejaring kekuatan masyarakat untuk peduli dan ikut bersama-sama melakukan pengurangan resiko bencana di Bali sudah mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Namun tantangan ke depan adalah bagaimana bisa mengatasi ancaman bencana yang kemungkinan ada di Bali dan harus bisa dipetakan dengan baik.

“Jika ini sudah terpetakan dengan baik, maka akan menjadi bahan bagi forum pengurangan resiko bencana dan pemerintah untuk menyusun rencana penanggulangan ke depan. Ini harus dipetakan dengan baik, sehingga kinerja kita akan bersifat parsial. Dengan begitu tantangan untuk memiliki kajian yang lengkap dan komprehensif untuk berbagai jenis ancaman bencana yang ada di bali harus tersusun,” tegas Sekda Dewa Indra.

FPRB semakin memperluas peta-petanya, dimana terlihat sudah terbentuk secara Pentahelix lengkap mulai dari Forum Perguruan Tinggi Pengurangan untuk Resiko Bencana, Forum Ikatan Ahli Ilmu Bencana, Forum Relawan, Forum Kemitraan Kerjasama Antar Dunia Usaha dan Forum Wartawan Peduli Bencana. Inilah Pentahelix kekuatan bersama jika dilihat dari aspek kelembagaan harus diperkuat. Tidak hanya penanggulangan bencana di daerah namun juga pada institusi – institusi yang lain harus bekerjasama dengan kuat untuk bekerjasama, berkolaborasi dan bersinergi sehingga tidak bekerja terpisah antara satu dengan lain.

Hal ini dikarenakan belum ada koordinasi yang baik, pendanaan menjadi krusial karena pendanaan dilakukan bukan saat terjadi bencana, namun sudah dilakukan sejak awal sejak dilakukan studi dan riset, kondisi ini berbasis linear sehingga bencana bisa dipelajari dengan mengetahui karakter.

“Disisi lain, pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran dana untuk menanggulangi resiko bencana dengan besaran yang berbeda sesuai dengan kapasitas fisikal daerah masing masing. Dana untuk penanggulangan bencana tidak terkunci pada satu titik, namun setiap daerah sudah terbiasa bersinergi dan berkolaborasi, semisal tejadi bencana di salah satu kabupaten dan dananya tidak cukup, maka pemerintah provinsi bisa mensuport , TNI-POLRI dan dunia usaha bisa saling support juga,” ungkap Sekda Dewa Indra.

Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Bali melakukan refleksi akhir tahun

Dewa Indra juga menyinggung terkait tantangan ke depan mengenai varian baru Covid-19 yakni Omicron. Pemerintah Daerah selalu berupa mencari cara untuk menanggulangi penyebaran dan penularan virus ditengah masyarakat agar tetap terkendali dan landau. Hal ini memerlukan kerjasama antara semua pihak untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, karena memulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat adalah upaya pertama dalam melindungi kesehatan dari paparan Covid-19. Karena Pemerintah daerah yang juga bagian dari masyarakat, akan merasakan apa yang sedang masyarakat rasakan.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here