DENPASAR, BERITADEWATA – Lama ditunggu oleh semua pratisentana (keturunan) Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas, akhirnya saat ini sudah sah memiliki logo pasemetonan. Yang artinya, semua kegiatan resmi seluruh dadia di seluruh Indonesia wajib mengunakan logo tersebut.
Peluncuran logo ini dirangkaikan dengan satu tahun berdirinya pengurus Pusat pratisentana Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas yang dilaksanakan di Warung Bokasi Farm Denpasar, Sabtu (12/2/2022).
Menurut ketua umum pengurus pusat, I Ketut Suadnyana (56) adanya logo ini untuk menyatukan umat atau pesemetonan Sira Arya Gajah Para Bretara Sira Arya Getas seluruh Nusantara. Logo diwajibkan digunakan untuk surat menyurat, pembuatan pin, dan segala hal penting lainnya.
“Desain dirancang maksimal oleh Arsitektur Made Widnyanya Sudibya, mungkin agar dipahami oleh semua semeton, dengan dasar lingkaran tri datu (merah, putih dan hitam) dengan putaran ke kanan, sebagai filosofi poros berkelanjutan dari phunarbawa hingga ke anak cucu berikutnya,” katanya yang juga sebagai kepala dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Klungkung ini.
Selanjutnya, pada logo juga ada meru tumpang siya (Sembilan) sebagai kesatria penerima titah langsung dari Ida Dalem Khususnya sebagai Anglurah wakil di wilayah timur laut Bali. Sebelah meru ada dua bilah keris sebagai penunjang yang menjunjung tinggi kemulan sejarah keberadaan Ida Bhatara Kawitan.
Disisnya dikelilingi bunga Padma dengan delapan arah mata angin dengan makna regenerasi pratisentana akan terus melanjutkan esksitensi paiketan pratisentana.
“ada juga pita pengikat dengan tulisan Bhakti Satya wirang yang merupakan menjunjung tinggi Ida Bhatara Kawitan dalam persepektif pandangan dan terakhir tentunya ada tulisannya, untuk menegaskan logo ini adalah logo pratisentana Arya Gajah Para,” paparnya.
Sebagai simbolis para penglingsir pesemetonan juga disematkan Pin logo oleh ketua 2 pengurus pusat, I Komang Wirawan.
Dalam kegiatan ini juga dibentuk kepengurusan masing-masing Kabupaten Kota utamanya di Bali, sebagai koordinasi langkah positif kedepannya dalam mengurus pasemetonan di masing-masing daerah dan wilayah masing-masing. Dan juga, para tokoh diajak untuk merembugkan tempat untuk sekretariat untuk kegiatan-kegiatan pratisentana utamanya yang ada di Bali. “Tempat ini penting ada, nanti kedepan ada kegiatan bisa langsung ketempat tersebut,” katanya.
Sementara Ketua (1) pengurus pusat, I Gede Ngurah Wididana (Pak Oles) mengatakan walaupun sudah sempat dibentuk kepengurusan sebelumnya, namun dari kepengurusan kali ini wajib bekerja lebih maksimal.
“Harus dibentuk regenerasi kedepannya, untuk memajukan pasemetonan, sehingga akan menjadi lebih baik, dan juga program-program kegiatan atau usulan dari semeton dibawah bisa teramini oleh pengurus,” katanya.
Dan juga, yang lebih penting lagi, katanya, pengurus harus mulai mendata semeton-semeton yang sangat membutuhkan untuk dibantu, mulai dari pendidikan anak-anak mereka, hingga peningkatan perekonomian dengan pemberdayaan.
Selain itu, salah satu pratisentana Asal Desa Busungbiu, Buleleng, Kadek Doni Riana alias KDR, mengaku sangat antusias setelah terbentuknya pasemetonan ini. Sehingga dimana ada semeton bisa dikunjungi atau setidaknya saat ketemu bisa betegur sapa.
“Saya sudah sempat keliling, di Buleleng, banyak usulan dari semeton dibawah untuk memajukan pasemetonan Pratisentana Sira Arya Gajah Para ini, tidak saja urusan keagamaan, adat, budaya namun hal lain seperti memperhatikan ekonomi dan pendidikan dari keluarga semeton yang kurang mampu,” kata KDR yang getol disebut-sebut akan maju ke Buleleng satu.
Dalam kegiatan ini juga diisi dengan kegiatan penyematan pin logo kepada sejumlah tokoh dan juga pemotongan tumpeng tanda satu tahun kepengurusan terbentuk, pada Mahasabha pertama di Klungkung. Diharapkan, kedepan pengurus pasemetonan bisa menjadi tangga kemajuan pasemetonan disemua bidang .