DENPASAR, BeritaDewata – Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) Provinsi Bali saat ini sedang menyusun grand design recovery ekonomi Bali pasca pandemi Covid19. Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha mengatakan, fakta di Bali menunjukkan setelah diterjang pandemi Covid19, pariwisata Bali semuanya kolaps.
Bali mengalami dampak paling besar sebab pertumbuhan ekonomi mencapai titik terendah hingga -12,8% karena sektor pariwisata sebagai lokomotif ekonomi Bali tidak bergerak. Total kerugian dari perputaran uang di Bali dari sektor pariwisata saja sebesar Rp 9 triliun berhenti total atau rugi.
Menurut Agus, grand design ekonomi Bali akan disusun baik jangka pendek maupun jangka panjang. “Salah satunya harus dimulai dari sektor pertanian. Sebab, ternyata setelah pariwisata tidak berjalan, banyak petani berdasi, banyak petani dari kaum elite. Mereka mulai bertani. Dan ini sungguh terjadi di Bali,” ujarnya.
Ia mengatakan, setelah pariwisata jatuh, pertanian Bali justeru naik. Berbagai produk pertanian justeru tercipta di saat pandemi dan ini menghasilkan uang yang tidak kecil di Bali. Jadi jangka panjangnya adalah agar pertanian di Bali menjadi unggul dan bertahan dalam situasi apa pun,” ujarnya di Denpasar, Kamis (25/3/2021).
Sementara untuk jangan pendek lebih ke sektor pariwisata. Bali memerlukan grand design, skenario khusus dalam jangka waktu menengah dua-tiga tahun ke depan sebagai upaya me-recovery sektor pariwisata yang terpuruk akibat dampak pandemi Covid-19.
“Dalam upaya itu, kami sudah mengundang para pakar, mulai dari para menteri seperti Luhut Binsar Pandjaitan, Sri Mulyani Indrawati, Sandiaga Salahuddin Uno, dan sebagainya untuk berbicara dalam seminar nasional yang digelar tanggal 8 April 2021 di Nusa Dua. Masukan para menteri ini penting untuk keberlanjutan pariwisata kedepannya,” ujarnya.
Sementara Steering Commite NCPI Bali Nyoman Baskara mengakui jika grand design recovery ekonomi Bali sangat penting. Sebab, belajar dari pengalaman, Bali telah berulang kali ditimpa bencana. Mulai dari Bom Bali, bencana meletusnya Gunung Agung dan kini pandemi Covid-19. Namun dari pengalaman itu, Bali belum mampu mengatasi dengan baik jika terjadi bencana.
“Covid-19 ini membuktikan Bali belum siap. Karena beberapa kali telah terjadi bencana, kok kembali keteteran,” ujarnya. Untuk itu Bali membutuhkan panduan yang paten, sebagai guideline pertumbuhan ekonomi Bali agar tidak keketeran seperti sekarang. Perlu skema-skema dan panduan solusi bila suatu saat terjadi hal serupa.
Untuk di sektor pertanian, NCPI menawarkan beberapa point penting sebagai masukkan. Pertama, anggaran pertanian di Bali harus ada payung hukum dan standarnya. Misalnya, setiap APBD provinsi dan kabupaten, dialokasikan sebesar 5% untuk bidang pertanian. Kalau pendidikan 20%, maka pertanian cukup 5%. Kedua, setiap hotel di Bali wajib membentuk kelompok binaan petani.
Hal ini sangat beralasan karena saat ini pariwisata Bali masih disubsidi sektor pertanian. Ketiga, perlu ada peraturan soal lahan pangan abadi baik itu sawah, non sawah dan perkebunan lainnya. Lahan abadi ini harus ada di setiap desa di Bali. Bila ini sukses berjalan maka di setiap desa di Bali perlu dibangun embung sebagai salah satu sumber air dan lokasi pariwisata desa. Keempat, di akhir semua point ini adalah Bali swasembada pangan dengan komitmen para kepala daerah mulai dari gubernur dan para bupati dan walikota.