DENPASAR, BERITADEWATA – Pemprov Bali melakukan terobosan di bidang kesehatan dengan program Posyandu Remaja. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Nyoman Gede Anom saat dikonfirmasi, Selasa (28/6/2022) membenarkan terobosan di bidang kesehatan Bali dengan Posyandu Remaja.
Jika selama ini Posyandu diperuntukkan bagi balita dan ibu hamil maka Bali sudah mulai dengan Posyandu Remaja. “Sebelumnya harus diakui bahwa ide awal untuk Posyandu Remaja ada di Pemkot Denpasar sejak tahun 2018 dan pertama kali dilakukan di Puskesmas Densel IV, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Mereka membentuk 3 Posyandu Remaja di wilayah kerjanya yakni Posyandu Banjar Sawah, Banjar Dukuh Pesirahan dan Banjar Begawan,” ujarnya.
Program yang baik ini akhirnya diadopsi oleh seluruh kabupaten dan kota seluruh Bali dan ini menjadi program unggulan di bidang kesehatan yang khusus melayani para remaja generasi muda Bali.
Menurut Kadis, Posyandu Remaja ini khusus melayani kaum remaja saja. Mereka tidak digabungkan dengan balita dan ibu hamil. Sesuai pedoman sasaran fokus di Posyandu Remaja (Posrem), maka yang dilayani ada pada usia 10-18 tahun dengan melihat fase kritis remaja yang sangat memerlukan arahan dan binaan yang positif.
Tetapi tidak menutup kemungkinan usia lebih dari 18 tahun yang salah satunya adalah sasaran usia calon pengantin (CATIN). Saat ini sudah dilakukan di seluruh Bali. Walau belum menjangkau seluruh wilayah karena keterbatasan anggaran, Faskes dan SDM namun jangkuan yang ada saat ini sudah ada di seluruh kabupaten di Bali dan menjadi program terobosan dalam bidang kesehatan.
Dalam Posrem, pelayanannya mengadopsi pelaksanaan Posyandu secara umum yang terdiri dari 5 meja. Meja 1 untuk registrasi atau pendaftaran, meja 2 untuk pemeriksaan tekanan darah, lingkar perut, lingkar lengan, berat badan dan sebagainya. Kemudian meja 3 untuk pencatatan hasil pemeriksaan. Dilihat hasil pemeriksaan apakah normal atau bermasalah seperti status gizi, resiko penyakit tertentu.
Meja 4 untuk konseling terkait temuan hasil pemeriksaan yang bermasalah atau ada keluhan dari remaja yang memerlukan konseling lebih lanjut. Bisa juga pemberian Tablet Tambah Darah ( TTD) bagi remaja putri karena masalah menstruasi. Meja 5 untuk penyuluhan atau kegiatan positif yang telah disepakati bersama oleh remaja.
Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama. Tema penyuluhan disesuaikan dengan isu terkini atau kesepakatan dengan remaja mengenai tema yang diinginkan “Bisa juga kegiatan positif yang ingin lebih dikembangkan seperti seni megambel, tari, ketrampilan sosial membuat anyaman atau bokor dari koran, bisa juga bekerja sama dengan pelaku usaha di tempat Posyandu itu ada untuk memberikan kiat-kiat praktek, usaha membuat kerajinan tangan dan sebagainya,” ujarnya.
Data yang berhasil direkap selama ini memang belum ada laporan tertulis secara resmi ke Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Namun dalam berbagai wawancara monitoring evaluasi saat turun ke lapangan di Puskesmas, konseling yang banyak mengenai masalah gizi, menstruasi, kesehatan reproduksi, masalah pranikah dan persoalan seksual lainnya.
Saat ini di Bali sudah dibentuk di 152 titik yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Bali. Jumlah ini akan terus bertambah karena antusias para remaja di Bali juga terus meningkat untuk menggunakan Posrem.
Sebab, pelaksanaan Posyandu Remaja tergantung kesepakatan remaja, lebih banyak dilaksanakan di balai banjar setempat. Untuk waktu menyesuaikan kembali dengan kesepakatan remaja lebih banyak dilaksanakan pada waktu libur atau pada malam hari.
Untuk sosialisasi tentang posyandu remaja sendiri sudah dilakukan berjenjang mulai dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali yang mensosialisasikan kepada pemegang program remaja di Dinas Kesehatan 9 Kabupaten dan kota, lintas sektor terkait.
Kemudian dilanjutkan dari Dinkes masing-masing kabupaten dan kota mensosialisasikan kembali ke pemegang program remaja di Puskesmas wilayah kerja. Puskesmas wilayah kerja di samping mensosialisasikan ke seluruh anggota, Puskesmas juga melakukan sosialisasi ke desa, tokoh agama, tokoh masyarakat.
Untuk pelaksanakan Posrem sendiri sangat dibutuhkan adanya dukungan dari desa. Dari beberapa Posrem yang sudah terlaksana, sudah ada yang didukung melalui dana desa terkait sarana penunjang, konsumsi hingga pemberian insentif ke pada kader Posrem. Untuk di Provinsi Bali target indikator program remaja yaitu minimal 40 % puskesmas sudah mampu melakukan pelayanan kesehatan peduli remana (PKPR).
Sedangkan untuk di Bali dari laporan program remaja tahun 2021 sudah melebihi target yaitu sebesar 49,17%. PKPR sudah ada di 59 Puskesmas dari 120 Puskesmas yang ada di Bali.