Beritadewata.com, Buleleng – Penirtaan Toye Anakan yang dimiliki desa Adat Pakraman Galiran desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng merupakan tempat suci yang sudah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka, seiring dengan perkembangan waktu, daerah ini kini banyak dibanguni rumah berkelas elit. Dinilai mencederai tempat suci yang patut dijaga dan di lestarikan, dengan maraknya banguna disekitar tempat tesebut membuat warga Desa Pakraman Galiran Gerah .
Pasalnya ditemukan bangunan berlantai II yang ada disekitarnya menjorok keatas samping dan diduga melewati pagar penyengker penirtaan tersebut, dan telah melanggar radius penyengker Pura Toya Anakan yang jaraknya mestinya 3 meter.
Krama Desa Adat Galiran yang dipimpin langsung oleh Klian adat, Made Sutama meminta agar pemilik rumah berlantai dua tersebut, untuk membongkar bangunannya yang menjorok ke penyengker Pura Toya Anakan.
Kedatangan kerama pada Minggu (23/4/2017), sekitar pukul 07:00 Wita yang diundang prejuru Adat Galiran guna melihat seperti apa yang sebenarnya telah dilakukan pemilik bangunan.
Sebelumnya sudah dibuatkan kesepakatan pada waktu negosiasi di kantor desa Bantiseraga Jumat (21/4/2017). Dengan pihak pemilik yakni DR Suryani, bekerja di salah satu rumah sakit di Singaraja bersedia membongkar satu kamar dan memundurkan bangunannya. Dalam hal ini pemilik disinyalir telah melanggar Perda No. 9 tahun 2013.
”Bangunan yang berlantai dua itu telah menyalahi ketentuan Perda No 9 tahun 2013 dengan radius dari penyengker Pura Toya Anakan sepanjang tiga meter” papar Made Sutama (23/4/2017).
Iapun mengatakan sesuai dengan kesepakatan, pemilik rumah yakni pak Agung yang merupakan suami dari DR Suryani telah bersedia untuk membongkar bangunan berlantai dua yang menjorok ke penyengker Pura Toya Anakan.
”Pemilik rumah telah sepakat untuk membongkar satu kamar yang menjorok ke penyengker pura,” imbuhnya.
Menurutnya pemilik rumah maupun tanah yang ada disekitar Pura Toya Anakan agar mengikuti aturan yang ada, sehingga kenyamanan dan keindahan Pura Toya Anakan tetap terjaga dengan baik. “Marilah kita secara bersama-sama menjaga kesakralan tempat ibadah, dengan mengikuti aturan yang ada.” Tandas Made Sutama diselala krumunan kerama Adat