
Denpasar – Ketua DPD Partai Demokrat Bali Made Mudarta mengatakan, Partai Demokrat Bali menggelar survei internal tentang keterpilihan dua pasangan calon gubernur yang akan bertarung di Bali. Hingga saat ini sudah digelar tiga kali survei dan yang pada November 2017, Februari 2018 dan Mei 2018.
“Kami menggunakan lembaga survei yang krediel dan independen dan hasilnya memang pasangan Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) masih unggul walau tipis. Survei ini sebenarnya hanya berlaku secara internal sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk memenangkan Mantra-Kerta. Namun karena pihak lawan selalu merilis data survei dan katanya sudah menang di atas 70 persen, maka kita juga menunjukkan data survei riil. Menangnya juga tidak banyak, tetapi tetap menang, atau tetap ada selisih angkanya,” ujarnya.
Menurut Mudarta, survei yang dilakukan oleh lembaga yang kredibel tersebut menempatkan Mantra-Kerta unggul sebesar 53,2 persen. Survei terakhir digelar pada tanggal 21-30 Mei 2018. Margin error 2,9 persen. Tingkat kepercayaan publik 95 persen, dengan jumlah sampel sebesar 1200 orang. Jumlah ini dipilih secara acak di 5 kabupaten dan kota di Bali.
“Soal lembaga mana yang melakukan survei, ini adalah bagian dari strategi. Jadi kami tidak bisa buka. Lalu soal kabupaten mana saja yang disurvei kami juga tidak bisa mengatakannya, karena ini menyangkut strategi,” ujarnya.
Jumlah responden didistribusikan sesuai dengan komposisi jumlah pemilih di 5 kabupaten, dalam arti dari 1200 responden, masing-masing kabupaten mendapatkan prosentasi sesuai jumlah pemilih. Dari 5 kabupaten tersebut, ada 3 kabupaten yang dimenangkan oleh Mantra-Kerta dan dua kabupaten lainnya Mantra-Kerta kalah tipis.
Survei tanggal 21-30 Mei 2018. Mantra-Kerta memperoleh 53,2 persen. Margin eror 2,9 persen. Tingkat kepercayaan 95 persen. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 1200 orang yang tersebar di 5 kabupaten. Pemilih mengambang sebanyak 14,8 persen.
Namun saat dikonfirmasi mereka tetap datang ke TPS di hari yang bersangkutan yakni tanggal 27 Juni. Jumlah tersebut bervariasi alasannya, ada yang menunggu debat terakhir, ada yang menunggu serangan fajar, dan ada yang masih melihat peta kemenangan terakhir.
“Kadang-kadang mereka menjawab secara lucu-lucu, katanya menunggu serangan fajar. Tetapi mereka berjanji akan datang ke TPS tanggal 27 Juni,” ujarnya.
Survei ini sebenarnya untuk internal saja untuk bahan evaluasi. Namun karena Paslon lain mengklaim sudah menang sampai dengan lebih dari 70 persen, maka Partai Demokrat terpaksa membeberkan hasil survei yang dibiayai secara gotong royong tersebut.
“Kami melakukan survei dengan metodologi. Bukan hanya sekedar poling melalui HP dan sebagainya yang bisa diakses oleh orang yang sama dengan nomor yang berbeda. Kami ingin menguji data valid di lapangan, mana yang benar-benar survei dan mana yang abal-abal. Sebenarnya survei ini hanya sebaga bahan evaluasi internal dalam rangka memenangkan Mantra-Kerta,” ujarnta
Data lain yang cukup mengejutkan adalah pemilih mengambang. Jumlahnya masih digolongkan tinggi, dan kelompok inilah yang bisa menentukan kemenangan Pilgub Bali. “Sesungguhnya yang menentukan kemenangan adalah pemilih mengambang itu yang jumlahnya 14,8 persen. Mereka akan menjadi penentu kemenangan, karena mereka sudah berjanji akan datang ke TPS dan memilih,” ujarnya.
Menurut Mudarta, dalam tiga kali survei selama proses suksesi berlangsung, pemilih mengambang memang terus menurun. Dimana survei pertama di bulan November lalu jumlahnya mencapai 27 persen. Kemudian dalam survei kedua di bulan Februai 2018 pemilih mengambang menurun menjadi 22 persen dan pada survei Mei 2018 pemilih mengambang tinggal 14,8 persen. RL/BD