Nasdem Bali Sebar 3500 Spanduk Antikorupsi Saat Pilgub


DENPASAR – Partai Nasdem Bali menyebarkan lebih dari 3500 spanduk bertuliskan soal perang terhada korupsi. Ketua DPW Partai Nasdem Bali Ida Bagus Oka Gunastawa saat ditemui di Kantor DPW Nasdem Bali, Jumat (26/1) menjelaskan, spanduk antikorupsi ini akan disebar di seluruh pelosok Bali.

“Semua tulisan dalam spanduk sama. Tulisannya ‘Spanduk ini bukan hasil korupsi’. Tema ini sama di seluruh pelosok Bali. Hanya saya gambar kadernya berbeda-beda. Semua anggota DPRD wajib mencetak spanduk dengan tulisan yang sama,” ujarnya. Gunastawa sendiri mencetak sekitar 1500 spanduk dengan tulisan yang sama, dan saat ini sudah dipasang di seluruh Bali, terutama di titik-titik strategis di Bali.

Menurut Gunastawa, tulisan itu pertama-tama berarti memang spanduk-spanduk itu dibuar sendiri, secara swadaya, secara mandiri, atau secara gotong royong di antara kader dan simpatisan. “Mulai dari proses cetak, pemasangan, merupakan hasil karya sendiri dari masing-masing kader. Jadi memang tidak merupakan hasil korupsi. Itu dulu artinya yang sebenarnya,” ujarnya.

Sementara untuk konteks Pilgub Bali, spanduk antikorupsi tersebut merupakan salah satu bentuk edukasi politik kepada masyarakat agar cerdas dalam memilih pempimpinnya. “Kami tidak menyebutkan nama pemimpin yang korupsi, tetapi bagi masyarakat harus tahu betul untuk menentukan pemimpinnya sendiri, tahu kualitas pemimpinnya, dan yang paling penting adalah memilih pemimpin yang tidak korupsi,” ujarnya.

Politisi asal Karangasem tersebut menjelaskan, selama ini memang sudah banyak slogan antikorupsi yang diproklamirkan ke publik. “Kata-kata seperti ‘stop korupsi’, ‘katakan tidak pada korupsi’ rupanya sudah tidak mempan lagi, tidak berarti lagi. Buktinya, banyak politisi, banyak pemimpin yang terlibat korupsi.

Saatnya slogan antikorupsi ini lebih ditekankan, lebih didaratkan ke pemahaman masyarakat, mudah diingat, berujung pada pencerahan politik, memilih pemimpin yang tidak korupsi, dan seterusnya. Masyarakat di Bali silahkan melakukan seleksi, dan memilih pemimpinnya sendiri. Selama ini pihaknya merekam banyak keluhan masyarakat soal tekanan, intimidasi, perobekan baliho dan sebagainya.

“Saya yakin masyarakat akan lebih cerdas memilih. Semakin diintimidasi, semakin membuat masyarakat bosan. Karena sikap politik yang keras, intimidatif sudah bukan zamannya lagi. Masyarakat sudah cerdas, sudah melek politik,” ujarnya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here