Klungkung – Ratusan anak-anak di posko pengungsian Gunung Agung yang ada di Gor Swecapura, Klungkung, Bali. Antusias mengikuti berbagai pertunjukan dan permainan yang disuguhkan oleh Ketua Umum Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia, Seto Mulyadi, Minggu, 1 Oktober 2017.
“Yang selalu kami lakukan kepada anak-anak dipengungsian apakah itu bencana alam atau konflik dan sebagainya anak-anak bisa tenang, tetap semangat, tetap gembira dan tetap melakukam kegiatan-kegiatan yang memungkinkan mereka tetap sibuk tidak dalam keadaan sendiri,” kata Kak Seto panggilan Akrab Seto Mulyadi.
Tetapi Kaseto menekankan agar semua para orang tua bisa berlaku lembut dan tidak emosi ketika berhadapan dengan anak-anak. Orang taua harus menghadapi putra-putrinya dengan suasana tenang karena anak anak akan bercermin dari kondisi para orang tua.
“Jadi orang tua adalah ujung tombak, kami juga mencoba memberdayakan orang tua menjadi psikolog penganti atau terapis penganti buat anak-anak yang rentan terhadap berbagai permaslahan yang akan menganggu perkembangan jiwanya,” jelasnya.
MenurUtnya, anak-anak memang penting, habis itu anak-anak akan kembali kepada orang tua, dalam hal harus mampu merubah paradikma keliru para orang tua yang kadang kadang mungkin mendidik anak dengan situasi kekerasan.
“Mohon itu di tinggalkan cara yang demikian. Jadi ini paling penting agar para orang tua tidak tergelincir dalam suasana emosional yang dampaknya sangat negatif bagi perkembangan putra putrinya tercinta.” Terangnya.
Terkait kondosi pengungsi, Kak Seto berpendapat, dari pantauan saat ini, pada dasarnya sama baik di aceh , apakah di Jawa apaka di Bali, NTB. Kami menarik garis yang sama bahwa anak anak sangat mudah untuk dibangkitkan kembali semangatanya.
Kami memberikan gambaran sesuatu kepada orang tua, ketrampilan baru untuk bisa menjadi sahabat anak, menyuarakan kepada orang tua agar sejajar dengan anak-anak dalam melakukan pendidikanya sehingga mereka lebih dekat dengan orang tua tidak kabur dari orang tua sehingga perkembangan jiwanya bisa terselamatkan.
“Yang paling berbahaya adalah adanya anak lari dari orang tua dan ini sering terjadi, jadi itulah yang kami suarakan ada semacam satgas perlindungan anak disetiap RT/RW kalau disini Banjar, sehingga para relawan yang terdiri dari warga ini saling meyemangati para orang tua, karena keluarga terdekat dari keluarga inti adalah tetangga.” Bebernya.
Ditambahkan Kak Seto, tetangga harus menjadi saudara yang mengingatkan Kembali kepada lingkungannnya agar tidak terkecoh dengan sikap keliru dalam mendidik putra putrinya. Kedatangan kami kesini, harapannya dapat menjadi contoh para orang tua. “Bagi masyarakat intinya kita harus dalam Keadaan positif. Tidak mudah marah tidak mudah emosional kemudian kreatif dalam mendidik putra putrinya.” Pungkasnya.