
JAKARTA, BERITA DEWATA – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan bahwa kondisi sistem keuangan nasional tetap stabil sepanjang triwulan II 2025, meskipun tekanan global masih tinggi akibat ketegangan geopolitik dan dinamika kebijakan dagang internasional. Pemerintah pun terus memperkuat sinergi antarlembaga untuk menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pernyataan itu disampaikan dalam Rapat Berkala KSSK III tahun 2025 yang digelar pada Jumat (25/7/2025), dan dihadiri oleh Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
KSSK menyampaikan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia tetap terjaga berkat bauran kebijakan moneter, fiskal, dan makroprudensial yang solid, di tengah masih tingginya ketidakpastian akibat ketegangan di Timur Tengah serta negosiasi tarif resiprokal antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya.
KSSK optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi nasional tetap pada jalurnya untuk mencapai target 5 persen pada 2025. Optimisme ini didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat, ketahanan dunia usaha, dan dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menjalankan fungsi countercyclical.
Pemerintah juga mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 15,38 miliar dolar AS hingga Mei 2025. Stimulus ekonomi, program strategis, dan berbagai bantuan sosial turut menopang daya beli masyarakat. Sektor padat karya seperti tekstil dan furnitur diperkirakan akan diuntungkan dari hasil negosiasi tarif baru dengan AS yang menurunkan bea masuk dari 32 persen menjadi 19 persen.
Bank Indonesia mencatat penguatan nilai tukar rupiah sepanjang triwulan II 2025, dengan posisi akhir Juni berada di level Rp16.235 per dolar AS, menguat dari Rp16.865 pada April 2025. Penguatan ini didorong oleh intervensi pasar dan masuknya arus modal asing ke surat berharga negara.
Sementara itu, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) per Juni 2025 tercatat hanya 1,87 persen secara tahunan. Komponen inflasi inti dan harga pangan bergejolak (volatile food) tetap terkendali berkat sinergi pemerintah pusat dan daerah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Kinerja sektor keuangan nasional terpantau stabil. Kredit perbankan tumbuh 7,77 persen (yoy) per Juni 2025 dengan rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah di angka 2,22 persen. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,96 persen dan modal perbankan tetap kuat dengan rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 25,79 persen.
Pasar modal juga menunjukkan penguatan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) mencapai level 7.543,50 pada 25 Juli 2025. Di sisi lain, penghimpunan dana dari penawaran umum mencapai Rp142,62 triliun selama triwulan II 2025.
Pemerintah mengalokasikan stimulus ekonomi sebesar Rp24,4 triliun pada triwulan II 2025, termasuk diskon transportasi, bantuan sosial pangan, subsidi upah, serta stimulus tol dan asuransi ketenagakerjaan. Hingga akhir Juni 2025, stimulus yang telah terealisasi mencapai Rp13,6 triliun.
Belanja negara mencapai Rp1.406 triliun atau 38,8 persen dari pagu APBN, yang digunakan untuk mendukung program strategis seperti makan bergizi gratis, sekolah rakyat, dan subsidi energi. Sementara realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.201,8 triliun.
KSSK juga menegaskan komitmennya terhadap penyelesaian regulasi turunan dari UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). Langkah ini ditempuh guna memperkuat pengawasan, meningkatkan perlindungan konsumen, serta memperkuat ekosistem keuangan nasional, termasuk aset kripto, asuransi, dan lembaga pembiayaan.
Seluruh anggota KSSK bersepakat untuk terus menjaga koordinasi dalam menghadapi risiko ekonomi global, dan memastikan kebijakan yang ditempuh mampu mendukung agenda pembangunan nasional.