BULELENG – Ratusan Kerama Adat Banyualit gelar paruman adat diwantilan Pura Desa Adat Banyualit Kabupaten Buleleng pada Selasa (27/2/2018) siang dipimpin oleh Kelian Adat Banyualit Ketut Widarta, terkait pembahasan LPD yang dulunya sempat mati suri.
Namun sekarang ini sedang dalam proses pendirian ulang, untuk itu kerama ada dikenakan urunan Rp 100,000 per KK (Kepala Keluarga) untuk permodalan LPD agar tetap berjalan dan membangkitan perekononian di Desa Adat Banyualit.
Pembahasan yang awalnya terkait pungutan dana LPD dari kerama adat yang berjumlah hampir mencapai 300 KK itu, mendadak paruman bersitegang, pasalnya pungutan dari kerama tersebut sempat di tabung ke LPD dan kerena belum lengkap terbayar secara keseluruhan maka uang tersebut sempat di tarik beberapa kali oleh oknum prajuru di sebabkan karena pihak LPD Banyualit tidak mau menerima dalam bentuk tabungan melainkan menerima dalam bentuk uang cash.
Hal tersebut menjadi kekhawatiran kerama Adat Banyualit dan perjuru adat lainya. Widarta tak menampik hal itu, “Karena uang peturunan belum terkumpul total makanya saya sarankan untuk tidak disetor dulu, artinya kalau semua sudah terkumpul ya silahkan disetor ke LPD,” ujar Widarta.
Namun Kelian Adat Banyualit Ketut Widarta menampik hal itu, menurutnya karena uang peturunan belum terkumpul seluruhnya, “karenanya, saya sarankan untuk tidak disetor dulu, artinya kalau semua sudah terkumpul ya silahkan disetor ke LPD,” ujar Widarta.
Selain itu, salah seorang dari kerama Adat Ketut Sudiasa alias Kaung mempertanyakan posisi Kelian Adat Banyualit Ketut Widarta yang awalnya berjanji tidak berpolitik namun kini menjabat sebagai Ketua Partai.
Pertanyaan pun dijawab oleh Ketut Widarta bahwa ia tidak pernah bejanji sebelumya, “Saya tidak pernah berjanji, justru visi dan misi saya selaku kelian adat saya sampaikan ke Ketut Sudi. Dalam undang-undang no 6 th 2014 justru kepala desa yang tidak boleh berpolitik,” terangnya.
Ia menambahkan, kalau dari kelian adat tidak ada karena itu bersifat otonom. “Kalau itu ada hari ini pun saya siap mundur dan tidak masalah bagi saya, saya siap mundur kalau ada UU yang mengatur,” papar Widarta.
Atas bersitegangnya kerama mendadak salah seorang ketua Teruna Bunga Adat Banyualit Ketut Merta alias Mekel menyatakan mundur sebagai Ketua Taruna, keputusan mundur tersebut diikuti oleh 35 orang anggota dan menyatakan mundur secara sah dengan meterai Rp 6000 serta bertanda tangan resmi.
Kemunduran Ketut Merta tersebut diduga disebabkan atas kata-kata jro Klian Desa Adat saat paruman kurang enak didengar akibat dimerasa dipojokan.
Ketut Merta saat dikonfirmasi menjelaskan, “Awalnya tiang sendiri yang mundur sebagai Ketua Teruna karena oknum saja menyampaikan kata yang tidak sesuai kepada saya, tau-tau semuanya mundur mengikuti saya.
Kita dipengurus berusaha mengumpulkan dana bagaimana dana tersebut agar bisa dipertanggung jawabkan, karena masalah duit ini sangat peka,” jelas Mekel sambil menyembah bakti karena takut secara niskala.
Sementara Ketut Sudiasa yang merupakan mantan wakil Kelian Adat Banyualit di bawah kepeminpinan Kadek Sueta, saat di konfirmasi terkait paruman ketika dirinya mengeluarkan pertanyaan kepada Kelian Adat Banyualit Ketut Widarta mengatakan,
“Pada Intinya saya dan krama desa ingin kelian desa sportif menjadi pemimpin, kalau mau ngayah silakan tetap jadi kelian desa, kalau mau berpolitik silakan tinggalkan jabatan kelian desa. Desa Adat Banyualit saya melihat sudah carut marut tidak karuan, disamping itu agar desa Pakraman tidak hancur.
Krama cuma minta transparan dalam menarik kas peturunan LPD. Kemarin saya dapat informasi juga bahwa kerama pendatang yang tinggal di Desa Adat Banyualit juga dipunguti uang Rp 500.000. Nanti akan saya telusuri semua ini,” ujar Ketut Sudiasa.
Untuk mengantasi agar upacara adat tetap berjalan sesuai sebagai mana mestinya apalagi pertengahan bulan Maret 2018 ini umat Hindu Bali secara serentak akan menggelar Nyepi Tahun Caka 1939, Kelian Desa Pakraman Banyualit Ketut Widarta sudah menyiapkan anggota Teruna Bunga menggantikan yang sudah menyatakan mundur.
”Saya sudah menyiapkan anggota Teruna Bunga agar Upacara nanti tetap berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan, Besok akan digelar upacara mejaya jaya (Angkat Sumpah) di Pura Desa,“ jelas Widarta