Jelantik: Lomba Petakut, Sunari dan Pindekan Bagian Pelestarian Seni Budaya di Kota Denpasar

I Wayan Jelantik maju mencalonkan diri ke DPRD Kota Denpasar lewat PDI-P dapil Denpasar Timur nomor urut 8

DENPASAR – Sebagai bentuk wujud pengabdian kepada masyarakat, I Wayan Jelantik yang akrab disapa Jelantik yang juga majelis madia subak Kota Denpasar pada tanggal 15 Februari 2019 akan mengadakan lomba petakut, sunari, dan pindekan di Subak Intaran Timur, Sanur.

“Sebelum dilaksanakan lomba, Jelantik bersama kelian subak se-Kota Denpasar sudah melakukan survey lapangan, bahkan lokasi yang dipilih ternyata bagus dan strategis untuk dijadikan areal lomba,” ujar Jelantik yang juga selaku Sekretaris DPC PDI-P Denpasar Timur, Minggu (10/9).

Jelantik yang juga maju mencalonkan diri ke DPRD Kota Denpasar lewat PDI-P dapil Denpasar Timur nomor urut 8 mengatakan lomba ini memang bagian dari bentuk wujud pengabdian kepada masyarakat.

Adapun lomba petakut, sunari, dan pindekan akan diikuti oleh seluruh subak se-Kota Denpasar. Jika dinilai dari segi penilain nanti, lomba petakut, sunari, dan pindekan akan dinilai mulai dari awal proses pembuatan, bentuk, keserasian, dan keindahan.

“Pada lomba nanti selain menghadirkan para subak se-Kota Denpasar yang dipastikan akan mengikuti lomba petakut, sunari, dan pindekan juga dihadiri Walikota Denpasar IB.Rai Dharmawijaya Mantra,” terangnya.

Lanjut Jelantik, selain lomba ini memang diwujudkan sebagai bentuk pengabdian masyarakat dan pelestarian budaya, juga menjalin kebersamaan khususnya dikalangan kawan-kawan subak se-Kota Denpasar.

“Selain itu, lomba ini juga untuk menyambut dan turutserta memeriahkan perayaan HUT Kota Denpasar ke-231 yang dilaksakan tanggal 27 Februari 2019. Semoga lomba petakut, pindekan, dan sunari kedepan bisa tetap dilestarikan dan menjadi agenda lomba tahunan sebagai ajang seni dan budaya di Kota Denpasar teruma di Kelurahan Kesiman,” ucap Jelantik.

Kemudian Jelantik menjelaskan, bahan yang digunakan untuk pembuatan petakut menggunakan bahan dari jerami (padi yang sudah mengering), kalau sunari menggunakan bahan dari bambu. Sedangkan pindekan menggunakan bahan dari bambu dan kayu. Untuk proses pembuatannya, Jelantik mengatakan,

“Sunari yang paling lama dibuat karena membutuhkan waktu sehari kalau dikerjakan oleh banyak orang, sebab di dalam pembuatan sunari yang menggunakan bahan bambu di setiap bukunya diberi lubang dengan beraneka bentuk seperti bulat, memanjang, kotak, dan tanda berbentuk salib untuk bisa menghasilkan suara merdu,” jelasnya.

Jelantik menambahkan, melalui lomba petakut, sunari, dan pindekan selain bagian dari pelestarian seni budaya. Tujuan lain yakni Ingin tetap memajukan kondisi subak di Bali terutama di Kelurahan Kesiman jangan sampai nantinya tergerus dimakan zaman. Paling tidak nantinya generasi muda petani kedepannya bisa terus melanjutkan tradisi lomba ini yang menjadi bagian dari pelestarian seni budaya. BD

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here