JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengapresiasi pertemuan antara mantan narapidana terorisme dengan para korban penyintas terorisme yang diinisiasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam acara yang bertajuk Silaturahmi Kebangsaan Negara Republik Kesatuan Indonesia di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (28/2/2018).
Dikatakan bahwa pertemuan ini merupakan puncak dari program deradikalisasi yang dilakukan pemerintah dalam menangkal aksi terorisme di Indonesia.
“Hari ini kita melakukan even yang sangat luar biasa karena baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia, mungkin juga di dunia,” ujar Menko Polhukam Wiranto.
Menko Polhukam mengatakan ada lima pihak yang hadir dalam pertemuan tersebut yakni para menteri terkait yang merwakili pemerintah seperti Menteri Sosial, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan, Menristek Dikti, dan Menteri Agama, termasuk pimpinan DPR yaitu Ketua Panja RUU Terorisme. Kemudian, BNPT yang juga sebagai insiator dan fasilitator, mantan pelaku terorisme, korban terorisme, dirinya selaku Menko Polhukam sebagai saksi.
“Kami menyaksikan satu pertemuan dimana ada curhat dari pelaku dan mantan, yang satu sudah merasa sadar dan minta maaf, yang satu memaafkan, dalam konteks lebih luas lagi ada curhat, ada perhatian dari pemerintah,” kata Menko Polhukam Wiranto.
Menurut Menko Polhukam, pemerintah berkomitmen akan membantu para mantan dan korban aksi terorisme. Oleh karena itu, ia akan mengunci setiap komitmen, janji-janji dan harapan-harapan yang disampaikan dalam pertemuan tersebut.
Menko Polhukam mengakui, bukan hal mudah mempertemukan para mantan teroris dengan korban terorisme tersebut. Dibutuhkan waktu yang panjang agar pertemuan ini dapat terlaksana.
“Penyebab terorisme berasal dari hati yang benci, dendam, marah, kecewa atau masyarakat yang termajinalkan sehingga mereka buat satu aksi, aksi adalah teror. Saya sangat berbahagia karena ternyata cara untuk menanggulangi hati yang menyebabkan teror itu obatnya adalah sabar, sadar dan pemaafan. Kita melaksanakan itu, kesadaran dan pemaafan,” katanya.
Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius mengatakan, pertemuan ini menghadirkan 124 mantan narapidana terorisme dan 51 korban terorisme. Dijelaskan bahwa acara ini digelar sebagai upaya untuk menghilangkan trauma pascateror. Karena tidak semua penyintas dapat menghilangkan trauma akibat teror.
“Tidak semua korban hilang traumanya. Hari ini kami menggelar silaturahmi antara penyintas yang sudah bisa membuka diri,” kata Suhardi.
Ia berharap, acara ini bisa menjadi pelopor perdamaian di masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. “Ini untuk menunjukkan bahwa Indonesia itu damai, memiliki toleransi dan empati dari semua pihak,” Suhardi.
Toni Sumarno, korban bom JW Marriot mengungkapkan bahwa pertemuan ini merupakan momen yang sangat ditunggu. Karena ia bersama dengan korban lainnya bisa mengungkapkan keluh kesah yang selama ini dirasakan.
“Ini momentum yang saya tunggu. Kita tidak butuh uang tapi fasilitas seperti kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Ini even mulia, ini harapan kita terakhir dari korban,” katanya.
Sementara itu, mantan terpidana terorisme Sofyan Tsauri mengatakan ini program deradikalisasi yang sangat efektif. Ia mengungkapkan dulu ada mantan pelaku yang masih menyadari bahwa apa yang dilakukannya tidak salah, sampai mereka bertemu dengan korban.
“Ini adalah kesempatan yang paling baik. Kami sadar bahwa secara tidak langsung apa yang kami lakukan dulu gambaran islam yang buruk dan perbuatan ini juga memberikan dampak buruk pada kami,” kata Sofyan.