Peternak Sapi dan Kerbau di Indonesia Diminta Percepat Kelahiran Secara Masif

Peternak Sapi dan Kerbau di Indonesia Diminta Percepat Kelahiran Secara Masif

Denpasar, Beritadewata – Kementerian Pertanian terus mendorong para peternak di seluruh daerah di Indonesia untuk melakukan percepatan pencapaian target kelahiran sapi dan kerbau secara masif dan serentak agar nantinya mampu mengatasi kebutuhan daging sapi nasional.

Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Fadjar Sumping Tjatur mengatakan, peningkatan produksi merupakan jalan menuju cita-cita lumbung pangan dunia pada tahun 2045 mendatang. Untuk itu, perbaikan dan evaluasi harus ditingkatkan secara cepat supaya mampu mengimbangi roadmap yang telah ditentukan.

Semua kegiatan upaya khusus percepatan populasi sapi dan kerbau bunting (UPSUS SIWAB) dilakukan oleh petugas di lapangan langsung dilaporkan melalui Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terintegrasi (ISIKHNAS). Semua data hasil pelayanan petugas di lapangan dapat langsung dipantau oleh semua pemangku kepentingan.

“UPSUS SIWAB perlu terus mendapatkan perhatian dan pengawalan agar berdampak pada pemenuhan target inseminasi buatan (IB), kebuntingan dan kelahiran sapi dan kerbau,” tegas Fadjar, Jumat (5/4). Capaian kinerja program Upsus Siwab sangat fantastis.

Hal ini terlihat dari pelayanan Inseminasi Buatan/IB dari Januari 2017 hingga 31 Desember 2018 telah terealisasi 7.964.131 ekor. Kelahiran pedet mencapai 2.743.902 ekor atau setara Rp 21,95 triliun dengan asumsi harga satu pedet lepas sapih sebesar Rp 8 juta per ekor. Nilai yang sangat fantastis mengingat investasi program Upsus Siwab pada 2017 sebesar Rp 1,41 triliun, sehingga ada kenaikan nilai tambah di peternak sebesar Rp 20,54 triliun.

Menurut Fadjar, Program Upsus Siwab dengan menggunakan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna, sebagai pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik sapi. Kegiatan ini, tambahnya, berupa penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak.

Selain melalui IB, juga ada penerapan teknologi tepat guna lainnya yaitu transfer embrio (TE). Melalui kegiatan TE, selain untuk peningkatan mutu genetik juga untuk memperkaya genetik ternak yang ada.

Salah satu yang saat ini sedang diupayakan Pemerintah adalah memanfaatkan teknologi TE untuk memproduksi sapi bibit unggul jenis Belgian Blue yang dikawinsilangkan (crossbreeding) dengan beberapa jenis sapi lokal di Indonesia.

“Belgian Blue bukan sapi biasa, pertambahan bobot badannya tinggi sekali, per hari bisa mencapai 1,2 sampai 1,6 kilogram dan saat ini pengembangan jenis sapi ini terus dilakukan. Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan saat ini difokuskan pada terwujudnya swasembada protein hewani” tegasnya.

Fadjar juga menyampaikan keberhasilan percepatan peningkatan populasi ternak sapi/kerbau Upsus Siwab harus didukung oleh antara lain aspek kesehatan reproduksi, pemenuhan pakan, ketersediaan semen beku, sumber daya manusia dan sarana inseminasi buatan (IB) serta distribusinya, dan pengendalian pemotongan betina produktif.

Berdasarkan data ISIKHNAS pada periode 2017-2018 sebesar 47,10% atau terjadi penurunan pemotongan ternak ruminansia betina produktif yang dipotong pada tahun 2017 sebanyak 23.078 ekor menjadi 12.209 ekor di tahun 2018.

Dampak Upsus Siwab dirasakan, selain untuk percepatan peningkatan populasi sapi, juga dapat mengubah pola pikir peternak untuk beternak secara serius dan bersama (kelompok) sehingga lebih menguntungkan bagi peternak.

“Melalui kegiatan panen pedet, akan terlihat komitmen pemerintah daerah untuk menggalakkan Program Upsus Siwab” ujar Fadjar.

Selain memenuhi target kelahiran secara masif, Kementan juga akan mendukung bila pemerintah daerah bisa membangun sentra peternakan dengan pakan yang terjamin. Beberapa daerah sudah menyatakan komitmennya untuk membangun sentra peternakan.

Seperti yang terjadi di Provinsi Sumateran Utara khususnya Kabupaten Langkat, gubernurnya menyatakan keinginanannya untuk membangun sentra peternakan sapi di Kabupaten Langkat, sebagai daerah penghasil sapi terbesar di Sumatera Utara dengan sistem inseminasi buatan (IB). Provinsi Sumatera Utara yang pada bulan Januari-April 2019 memiliki estimasi produksi jagung sebanyak 434.016 ton diharapkan dapat mengembangkan industri peternakan.

Direktur Pakan, Sri Widayati menyatakan bahwa, jagung merupakan bahan pakan yang berkontribusi dalam formulasi pakan sehingga ketersediaan jagung berpengaruh terhadap keberlangsungan peternakan.

Proporsi biaya pakan dalam usaha peternakan di tingkat rakyat cukup besar terutama untuk jenis unggas, sehingga dinamika harga pakan akan sangat terkait dengan harga produk peternakan. Untuk menjamin ketersediaan pasokan jagung, sejauh ini Kementan sudah menjembatani penyerapan jagung dari petani ke peternak dengan peran Bulog dalam mengatur pasokan.

“Peran Kementan ini dilakukan sebagai langkah konkret dalam memberikan kepastian pasar sekaligus memenuhi kebutuhan pakan bagi peternak,” ungkap Sri.

Dengan terjadinya peningkatan produksi, diharapkan pendapatan petani peternak akan meningkat, sejalan dengan tersedianya kebutuhan jagung, termasuk jagung yang diproduksi untuk industri peternakan.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here