BeritaDewata.com, Denpasar – Kapolda Bali Irjen Pol Petrus Reinhard Golose mengatakan, pelayanan tourism (emergency services) yang ada di Bali sudah sangat terintegrasi dengan baik. Sebagai destinasi wisata terbaik dunia, Bali sudah seharusnya memiliki emergency services tourism berkelas internasional.
“Kita ini tempat tourism. Dimana-mana di dunia ini, turis itu harus merasa aman. Kalau sudah aman dia akan merasa nyaman. Kalau sudah aman dan nyaman, maka dia akan datang lagi. Bagaimana kita harus membuat semuanya ini. Pertama, sistem security kita perbaiki. Saya selalu katakan, bukan hanya sekedar keamanan dari aksi kejahatan dan kriminalitas. Tetapi juga Man Disaster dan Natural Disaster. Bencana ini ada di seluruh dunia, ada Perancis, Amerika, Spanyol, Thailand dan sebagainya. Bila para wisatawan tahu, bahwa kalau terjadi bencana mereka terlayani dengan baik. Maka itulah yang harus dilakukan di Bali,” ujarnya.
Saat ini Polda Bali sudah bekerja sama dengan institusi terkait seperti BPBD Bali, BNPB, SAR Denpasar, TNI, sudah membangun Emergency Services terhadap wisatawan. Sistem komunikasi saat ini sudah terintegrasi dengan baik dengan melibatkan seluruh unsur yang ada. Hasil penilaian dari Kemenko Maritim, Bali terbaik. Dan diminta harus diadopsi ke beberapa lainnya di Indonesia.
Bali ini bukan hanya hardware, software, tetapi printware sudah sangat maju. Ini merupakan sumber daya yang ada yang harus digerakan untuk melayani tourism di Bali. Semuanya sudah menggunakan teknologi yang canggih, dengan tenaga ahli yang maksimal.
Salah satu teknologi yang sudah ada di Bali adalah terapi hiperbarik. Terapi ini hanya ada di Polda Bali. Bahkan, ada beberapa wisatawan yang mengalami kecelakaan menyelam di Labuanbajo, Lombok, semuanya larinya ke Bali. Hal-hal seperti ini yang harus dipikirkan oleh semua stakeholder terkait.
Prinsipnya, turis itu harus dibuat aman dan nyaman, termasuk saat mereka menghadapi bencana. Teknologi hiperbarik ini sangat penting karena banyak turis yang menyelam, wisata bawah laut. Sementara Bali, Lombok, Labuanbajo, memiliki potensi yang sangat besar wisata bawah lautnya.
“Kalau terjadi apa-apa dengan turis saat selam. Siapa yang bertanggungjawab. Makanya perlu terapi hiperbarik. Alatnya mahal, teknologinya canggih. Polda Bali sudah memilikinya,” ujarnya.
Ia mengisahkan, saat dirinya berada di Washington DC, Polda Bali mendapat apresiasi yang luar biasa. “Untuk sistem pelaporan, mereka sangat menghormati dengan aplikasi Salak Bali,” ujarnya. Dimana pelapor tinggal memberitahu melalui aplikasi Salak Bali dan akan direspon petugas dalam waktu yang sangat singkat.
“Mungkin orang sekarang sudah mulai berpikir untuk lebih cepat, agar laporannya langsung direspon,” ujarnya. Hal itu bukan berarti cara laporan konvensional ditinggalkan. Saat ini pihaknya sedang mengintegrasikan sistem baik secara modern maupun konvensional.