Denpasar – Gubernur Bali Made Mangku Pastika tetap meminta agar Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) tetap dibuka sekalipun didemo oleh ribuan masyarakat asal Sanur, Sabtu (28/10).
Sebelumnya, upacara soft opening seharusnya digelar pada Sabtu (28/10). Namun karena akses menuju RSBM ditutup ribuan warga Sanur maka seremonial soft opening dibatalkan. Bahkan, Pastika yang tiba di RSBM sekitar pukul 11.00 Wita langsung memerintahkan kepada petugas untuk mencopot semua atribut upacara soft opening, umbul-umbul dan karangan bunga ucapan selamat.
“Tidak ada upacara sotf opening. Saya minta turunkan semua atribut-atribut itu, cabut semua umbul-umbul dan juga karangan bunga ucapan selamat. Hari ini kita buka pelayanan kesehatan tanpa ada seremoni apa pun,” ujarnya.
Saat tiba di RSBM, masa yang menutup akses telah kembali ke rumah masing-masing. Pastika dan rombongan Forkopimda langsung menggelar upacara persembahyangan di pura miliki RSBM di sisi timur bangunan megah tersebut.
Usai sembahyang, Pastika dan rombongan meninjau beberapa kesiapan ruangan pelayanan medis dan semuanya dinyatakan siap beroperasi.
Saat ditanya soal tuntutan masyarakat Sanur, Pastika langsung marah dengan suara yang meninggi. Ia menjelaskan, berbagai pertemuan dan mediasi sudah dilakukan dan tidak ada alasan untuk demo seperti itu.
Tuntutan untuk membuat perjanjian tertulis juga ditolak mentah-mentah oleh mantan Kapolda Bali ini. “Ini rumah sakit. Kalau ada orang sakit masa kita harus tolak. Kita tidak pernah melakukan perjanjian itu. Silahkan tanya kepada pejabat yang mengucapkan janji itu. Dan tidak ada perjanjian tertulis dengan pemerintah. Kalau pun ada tentu sudah melalui proses yang panjang. Tapi kalau ada orang sakit sekarang mana mungkin kita menolaknya,” ujarnya.
Menurut Pastika, jangan karena demo dari warga Sanur RSBM menolak orang sakit. Padahal RSBM sudah siap, baik peralatannya, tenaga medisnya, dokter ahli, alat-alat sudah terpasang dan seterusnya.
Ia meminta kepada seluruh para medis dan tenaga kesehatan agar tidak terpengaruh dengan berbagai aksi yang terjadi. “Kalian silahkan bekerja, berikan pengabdianmu kepada pasien, jangan terpangaruh dengan situasi yang ada,” ujarnya.
Sebelum kedatangan Gubernur Pastika, Direktur Utama RSBM dr Bagus Darmayasa sudah menemui ribuan massa. Di hadapan ribuan massa tersebut, Darmayasa menjelaskan bahwa dirinya hanya sebagai pelaksana tugas.
Ia tidak mengetahui berbagai perjanjian tentang kuota 10 persen dan bilamana itu ternyata ada, maka penanggunjawabnya bukan dirinya melainkan Dinas Kesehatan dan BKD Bali.
Penjelasan itu membuat massa marah dan berteriak agar kuota itu harus dipenuhi. Bahkan, pria yang penuh selera humor ini sampai menangis di hadapan para tokoh Sanur yang menggiringnya dari atas mobil saat kembali ke lobi RSBM.