DENPASAR – Pernyataan tokoh dan pendiri PDIP Bali versi Megawati yang juga adalah penglinsir Puri Satria Denpasar Cokorda Ratmadi yang tidak mendukung paket asal PDIP Wayan Koster menimbulkan reaksi besar dari para kader PDIP Bali.
Sebagian kader memilih sepakat dengan Cok Rat (sapaan akrab Cokorda Ratmadi) dan meminta kader untuk mewaspadai untuk mendukung Wayan Koster. Anak kandung salah satu pendiri PDIP Bali Nyoman Lepug yakni Made Arjaya meminta kader PDIP Bali untuk berhati-hati.
Di satu sisi, politisi asal Sanur itu sepakat dengan Cok Rat. Arjaya setuju jika warna PDIP Bali dibawah kepemimpinan Koster itu bukan merahnya PDIP tetapi sedikit orange. “Kalau merahnya PDIP yang nasionalis ini kemudian menjadi merahnya komunis itulah yang harus diwaspadai,” ujarnya. Itulah sebabnya, Cok Rat yang menjadi dewan pertimbangan PDIP Bali meragukan merahnya PDIP dibawah kepemimpinan Koster.
“Warna PDIP merah sekarang menjadi orange. Ini merahnya komunisi. Ini yang tidak kita harapkan. Ini harus diantisipasi oleh kader PDIP di Bali. Merahnya PDIP jangan sampai menjadi merahnya PDIP yang komunis,” ujarnya di Denpasar, Senin pagi (8/1/2017). Di sisi lain, kader PDIP di Bali juga harus tahu bahwa I Wayan Koster itu mantan Golkar.
Artinya, memenangkan Koster itu sama dengan memenangkan Golkar di Bali. “Semua juga tahu siapa I Wayan Koster itu. Koster adalah kader Golkar yang menyebrang ke PDIP,” ujarnya. Itulah sebabnya, penglinsir Puri Satria Denpasar yang menjadi basis PDIP di Bali memilih untuk tidak mendukung Koster.
Arjaya menilai, peralihan dukungan Cok Rat memang merupakan pernyataan pribadi dan bisa berpengaruh di keluarga besar Puri Satria. Namun publik Bali seharusnya cerdas melihat sikap politik tokoh Puri Satria tersebut. Pertama, secara sejarah, PDIP Bali memang tidak bisa terlepas dari Puri Satria.
“Beliau (Cok Rat) itu bersama almarhun ayah saya (Nyoman Lepug) telah pasang badan mendukung Megawati dari PDI versi pemerintah berubah menjadi PDIP versi Megawati yang akhirnya menjadi partai besar saat ini. Mereka rela berseberangan dengan pemerintah saat itu demi Megawati. Ini yang harus dilihat kader Bali. Sementara kader yang lain itu mantan Golkar semuanya. Jadi memenangkan PDIP Bali saat ini sama dengan memenangkan Golkar,” ujarnya.
Ia menilai pilihan politik masing-masing itu biasa. Namun yang harus diperhatikan adalah Cok Rat itu adalah salah satu pendiri PDIP Bali. Orang selevel Cok Rat bila mengeluarkan pernyataan politik yang kontroversial dan cenderung melawan PDIP tentu memiliki alasannya sendiri. “Kalau saya melihat, calon yang ada sekarang itu alumni Golkar semua. Jadi sudah lah. Jangan lagi diributkan,” ujarnya.
Ia berharap agar dukungan politik Cok Rat itu jangan sampai menjadi benih perpecahan di Bali dalam perhelatan politik di Bali. Bali sedang dalam kondisi susah dengan ancaman erupsi Gunung Agung yang sampai saat ini masih aktif dan pariwisata sempat terpuruk. “Siapa pun yang menang silahkan kita dukung untuk membangun Bali,” ujarnya.