Denpasar – Sebanyak 30 orang tim reaksi cepat (TRC) dari BPBD Bali, BPBD Kota Denpasar dan anggota jejaring BPBD Bali akan dilatih oleh tim ahli dari Amerika. Kepala Pelaksana BPBD Bali Made Rentin mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan koordinasi dengan BNPB dan pejabat dari Keduber USA di Jakarta terkait dengan pelatihan TRC dari BPBD Bali.
Bahkan, bukan saja koordinasi dengan BNPB, tim pelatih dari Amerika sudah mendatangi BPBD Bali untuk berkoordinasi dengan BPBD Bali terkait dengan agenda tersebut. “Kemarin tim pelatih dari Amerika sudah datang di BPBD Bali untuk melakukan koordinasi. Pembicaraan sudah final dan para personil yang dilatih juga sudah siap,” ujar Rentin, Selasa (12/2).
Menurut Rentin, materi besar pelatihan adalah Manajemen Penanggulangan Bencana. Dalam pelatihan kali ini akan lebih difokuskan tentang First Medical Response and Crisis Management. “Kami bersama personil seluruh BPBD Bali dan kabupaten dan kota terus belajar, menimba ilmu, penguasaan skill dan teknis, perbanyak pengalaman untuk bekal dalam pelaksanaan tugas-tugas menangani bencana. Kita belajar langsung dari Amerika. Dan yang satunya yang tidak kami lupakan adalah kami akan menyajikan snack di hadapan tamu Amerika atau tim pelatih tanpa plastik, tanpa buah import. Semuanya dari lokal Bali,” ujarnya.
Untuk pesertanya ada 30 orang. Rinciannya, 18 orang dari BPBD Bali yang terdiri dari BPBD, Pusdalops, ESR. Sebanyak 2 orang dari BPBD Kota Denpasar dan sisanya berasal dari hampir seluruh instansi terkait yang tergabung dalam Sekretariat Bersama (Sekber) Penanggulangan Bencana yakni Polda, Korem, RAPI, ORARI, SAR, Dinkes, Sae Rescue, Pramuka, RS Bali Mandara dan PMI. Pelatihan akan dilakukan selama 3 hari penuh mulai tanggal 13-15 Februari 2019.
Menurut Rentin, karena sangat pentingnya materi tersebut maka selama pelatihan agar peserta tidak boleh ada kegiatan lain dan mengikutinya sampai dan sangat diharapkan agar tidak terlambat. Di akhir pelatihan akan diberikan sertifikat yang akan menjadi standar kualifikasi penanganan bencana.
“Diminta agar peserta tepat waktu, tidak terlambat dan tidak ada izin selama pelatihan sampai selesai dan tidak melakukan kegiatan lain selain ikut materi pelatihan sampai selesai,” ujarnya.
Tim pelatih dari USA sebanyak 3 orang dan ada penerjemah. Semua peserta selain dilatih juga sekaligus disertifikasi, diuji pada akhir pelatihan untuk berhak mendapat sertifikat kelulusan, sehingga perlu peserta yang betul-betul serius dan mau bertanggungjawab terhadap masa depan keterampilannya untuk respon kejadian bencana alam.
Konsumsi peserta untuk makan siang akan ditanggung biaya dari USA. Pihak USA tidak memberi uang saku, tidak ada uang transport dan tidak ada biaya menginap sehingga jika ada peserta yang jauh atau dari kabupaten/kota agar menanggung semuanya sendiri, namun jika terlambat hadir beresiko tidak dapat melanjutkan pelatihan dan tidak lulus. Pihak kedubes USA ingin agar semua peserta disiplin waktu dan mengikuti pelatihan sampai selesai.