DENPASAR, BeritaDewata – Nuansa budaya Nagekeo mewarnai seremoni pelantikan pengurus Ikatan Keluarga Besar Nagekeo (IKANA) Bali periode 2020-2023 di Mahajaya Agung Hotel Denpasar, Sabtu malam (11/1). Upacara pengukuhan diawali dengan perayaan ekaristi meriah yang dipimpin langsung oleh Uskup Denpasar DR. Mgr. Silvester San, Pr.
Hadir juga Ketua Umum Ikatan Kelurga Besar Flobamora Bali Yoaeph Yulius Diaz, Sekretaris Ikatan Keluarga Besar Flobamora Bali Fredi Bily, para pengurus ikatan keluarga besar dari sub unit Flobamora Bali sejauh yang diundang. Berdasar hasil musyawara anggota yang telah digelar sebelumnya, Ketua Umum terpilih periode 2020-2023 adalah Agustinus Indera Gunawan, Sekretaris Umum Simon Woge, Bendahara Anisia Aso. Para pengurus ini dilengkapi dengan perangkat seperti para wakil ketua bidang dan para koordinator bidang.
Ketua Panitia Pelaksana Arnold Yansen Tage mengatakan, acara pelantikan memang telah disiapakan beberapa waktu lalu. Termasuk berbagai pementasan adat yang menjadi cirikhas Nagekeo. “Saya sangat apresiasi penampilan anak anak muda Nagekeo. Ini bukti bahwa mereka tidak tercabut dari akar budayanya sekalipun tinggal di perantauan. Kita dibuat terbawa pulang ke kampung halaman,” ujarnya.
Ketua Umum Nagekeo terpilih Agustinus Indera Gunawan mengatakan, Sanggar Seni Nagekeo di Bali sangat aktif. Dalam berbagai kesempatan resmi juga seringkali tampil. Hanya saja disana-sini banyak kekuranganya. Dalam masa tugas tidak tahun mendatang, ia meminta agar Sanggar Seni semakin berkembang.
“Saya harap apa yang sudah dimulai jangan sampai kendor, apalagi padam. Harus tetap semangat,” ujarnya. Ia juga meminta support dari semua pihak terutama dari Pemkab Nagekeo untuk melengkapi berbagai kebutuhan sanggar.
Nuansa budaya mewarnai acara pelantikan pengurus Nagekeo kali ini. Selain banyak peserta motif adat Nagekeo Madya, juga digelar pentas seni budaya khas Nagekeo. Para mahasiswa dan pemuda Kabupaten Nagekeo Provinsi NTT yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Nagekeo (Ikmapena) Bali mementaskan berbagai ragam budaya khas Nagekeo.
Beberapa di antaranya adala Tarian Tea Eku. Tarian ini dipersembahkan para mahasiswi Nagekeo dengan busana adat lengkap, dengan menggunakan sapu tangan/ kain kecil sebagai atribut tarian. Tarian ini merupakan salah satu tarian yang cukup terkenal di daerah Kabupaten Nagekeo dan sering ditampilkan di berbagai acara seperti upacara adat, penyembutan tamu penting dan acara budaya.
Tabuhan gong gendang para mahasiwa dan pemuda membuat ratusan warga Nagekeo Bali terdiam. Lambaian sapu tangan dan liukan tubuh memecah kesunyian dengan tepukan tangan meriah dari warga Nagekeo yang hadir.
Sebelum pementasa tarian Tea Eku, rombongna VIP seperti Uskup Denpasar DR Mgr Silvester San, Pr, Pembimas Katolik Provinsi Bali Lodovikus Lena, Ketua IKB Flobamora Bali Yoseph Yulius Diaz, Sekjen IKB Flobamora Bali Ferdi Bily dijemput dengan tarian yang diawali dengan Bhea. Dalam budaya Nagekeo, Bhea itu selalu berisikan ungkapan kebanggan Nagekeo baik secara umum maupun komunal.
Dalam seremonialnya, Bhea berisikan tentang kebanggaan, kebesaran, keagungam suatu suku sungguh ditonjolkan. Dalam kontks Nagekeo Bali nuansa sama, terutama mengungkapkan kebanggaan terhadap suku Nagekeo di Bali. Pada zaman sekarang juga digunakan pada saat menyambut para pejabat atau peristiwa-peristiwa gereja atau pemerintah.
Puncak acara dipentas seremoni Ebu Tuju. Ebu tuju adalah tarian melingkar dengan api unggun di tengahnya. Para pemuda dan pemudi berputar sambil melantumkan syair adat yang sarat makna. Pemimpin Ebu tuju membukanya dengan pantun dan dibalas peserta lainnya bersahut-sahutan. Makna dari syair tersebut adalah ajakan bagi generasi muda untuk mengikuti norma, tindakan, etika yang sudah diwariskan oleh nenek moyang.