
GIANYAR, BERITA DEWATA – Kabupaten Gianyar mencatat sejarah sebagai daerah pertama di Bali yang sukses menjalankan program “Satu Keluarga Satu Sarjana” secara besar-besaran. Sebanyak 1.400 mahasiswa baru dari keluarga kurang mampu dinyatakan lolos seleksi dan akan kuliah di kampus unggulan, dari ITB, UGM, IPB, hingga Poltekkes Surakarta.
Program ini diluncurkan dalam acara pelepasan penerima beasiswa “Gianyar Aman” di Kantor Bupati Gianyar, Selasa (9/7/2025). Hadir langsung Gubernur Bali Wayan Koster dan Bupati Gianyar I Made Mahayastra.
Beasiswa Transparan, Uang Langsung ke Mahasiswa
Bupati Mahayastra menegaskan, beasiswa ini bukan proyek atau tender. Uang langsung ditransfer ke rekening mahasiswa dan mencakup biaya kuliah penuh (UKT), uang makan Rp50 ribu per hari, kos Rp1 juta per bulan, dan bantuan beli laptop hingga Rp15 juta.
“Ini bukan proyek. Tidak boleh ada markup. Setiap rupiah harus bermanfaat untuk mahasiswa,” tegas Mahayastra.
Mahasiswa bebas pilih laptop sendiri. Jika harga laptop di bawah plafon, sisa uang dikembalikan ke kas daerah.

Koster: Gianyar Jadi Role Model, Daerah Lain Harus Ikut
Gubernur Koster memuji langkah Gianyar yang dianggap jadi pelopor program pendidikan afirmatif ini.
“Gianyar luar biasa. Sudah mulai duluan. Sekarang giliran 8 kabupaten/kota lainnya ikut,” kata Koster.
Ia menyebut jika setiap kabupaten/kota menyumbang 500 kuota, ditambah Gianyar dan provinsi masing-masing 1.000–2.000, maka sedikitnya 6.000 mahasiswa kurang mampu di Bali bisa kuliah setiap tahun.
Koster menyebut ini bukan sekadar program pendidikan, tapi gerakan keadilan sosial dan investasi masa depan Bali.
“Target kami, 50% lulusan SMA/SMK bisa lanjut kuliah. Sekarang baru 38%,” jelasnya.
Untuk itu, Pemprov Bali siapkan skema kerja sama dengan 20 PTS di Bali untuk kuliah gratis. Sementara mahasiswa dari keluarga miskin yang kuliah di luar kota dapat bantuan kos hingga Rp1,4 juta/bulan.
Tak Hanya Kuliah, Jalur LPK Juga Dibuka
Program ini juga menyasar siswa lulusan SMA/SMK yang pilih jalur vokasi. Tahun ini, 60 orang dibiayai ikut pelatihan 1 tahun di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) pakai dana APBD Gianyar, setelah sebelumnya 10 orang dikirim lewat CSR BPD Bali.
Gubernur Koster menilai jalur LPK penting untuk tingkatkan kualitas SDM dan daya saing tenaga kerja muda Bali.
Dari Anak Petani Jadi Gubernur
Di tengah acara, Gubernur Koster membagikan kisah hidupnya yang menyentuh. Ia lahir dari keluarga petani di Buleleng dan harus menjual ayam serta sapi agar bisa kuliah di ITB.
“Rumah saya dulu berlantai tanah. Tapi saya bisa bertahan di Bandung. Kalau saya bisa, anak-anak Bali juga pasti bisa!” seru Koster disambut tepuk tangan.
Ia menegaskan, ini bukan soal pencitraan, tapi gerakan kolektif untuk masa depan Bali yang lebih maju dan merata.
“Kalau ini konsisten dijalankan, tahun 2030 kita punya puluhan ribu sarjana generasi emas Bali,” tegasnya.
Beasiswa = Amanah
Salah satu penerima beasiswa, Made Panji Sentana, yang lolos ke Fakultas Kedokteran Hewan IPB, menyebut program ini bukan cuma bantuan dana, tapi juga amanah.
“Kami menyebutnya AMAN: Astungkara, Mensyukuri, Aktif, dan Negara,” ujar Panji.
Ia berjanji akan menjawab kepercayaan ini dengan prestasi, dan berharap makin banyak anak muda Bali dapat kesempatan serupa.