Lelakut Sawah Jatiluwih, Simbol Keseimbangan Alam dan Warisan Leluhur

lelakut, atau orang-orangan sawah

TABANAN, BERITA DEWATA – Di hamparan sawah berundak Jatiluwih, Tabanan, yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, terdapat sosok-sosok khas yang berdiri tegak di antara padi yang menghijau. Sosok itu dikenal masyarakat Bali sebagai lelakut, atau orang-orangan sawah, yang bukan sekadar alat pengusir burung, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam.

Dalam tradisi agraris masyarakat Bali, lelakut dipercaya sebagai penjaga sawah—representasi spiritual yang diyakini mampu melindungi tanaman padi dari gangguan hama hingga energi negatif. Kehadirannya menyimbolkan keseimbangan antara manusia, alam, dan kekuatan tak kasat mata yang dipercayai menjaga keharmonisan kehidupan.

Proses pembuatan lelakut dilakukan dengan cara yang tidak sembarangan. Umumnya, lelakut dibuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, jerami, hingga pakaian bekas yang dianggap membawa energi positif. Dalam beberapa kasus, pembuatannya disertai dengan ritual sederhana sebagai bentuk penghormatan terhadap roh penjaga sawah.

Keunikan lelakut Jatiluwih terletak pada bentuk dan penempatannya yang berpadu serasi dengan lanskap sawah bertingkat. Sebagian besar dibuat menyerupai manusia lengkap dengan pakaian tradisional, sementara lainnya tampil lebih sederhana. Bagi warga lokal, lelakut tidak hanya berfungsi praktis sebagai pengusir hama, tetapi menjadi bagian dari sistem Subak—tradisi pengelolaan air yang sarat nilai spiritual dan sosial.

“Lelakut bukan sekadar alat, tapi bagian dari siklus hidup pertanian kami. Ini warisan dari leluhur yang kami jaga sampai sekarang,” ujar salah satu petani setempat.

Bagi wisatawan, lelakut turut memperkaya pengalaman visual saat menyusuri sawah Jatiluwih. Namun lebih dari itu, kehadiran lelakut menjadi pengingat akan kearifan lokal dalam menjaga alam, sekaligus penanda bahwa masyarakat Bali terus mempertahankan tradisi di tengah arus modernisasi.

Lelakut sawah di Jatiluwih tidak hanya menyimpan nilai historis dan estetis, tetapi juga mencerminkan semangat pelestarian budaya yang berakar kuat di desa ini. Dalam wajah-wajah jerami yang menatap sawah, terpancar kisah tentang keberlanjutan, spiritualitas, dan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here