Seniman Buleleng Handi Yasa Olah Kayu Pantai Jadi Karya Seni Kontemporer

Seniman lukis asal Tejakula, Buleleng, Nyoman Handi Yasa

DENPASAR, BERITA DEWATA – Seniman lukis asal Tejakula, Buleleng, Nyoman Handi Yasa, memanfaatkan kayu dan ranting pohon bekas yang ia temukan di alam sebagai medium utama karya seninya. Material tersebut dikumpulkan dari pesisir pantai, aliran sungai, hingga berbagai sudut alam Bali, lalu disimpan dalam kurun waktu panjang sebelum diolah menjadi karya bernilai artistik.

Proses kreatif Handi Yasa tersebut diperkenalkan kepada publik melalui pameran tunggal bertajuk Cycles & Journeys yang resmi dibuka di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort, Sanur, Jumat (19/12/2025).

Handi Yasa menuturkan, salah satu lokasi yang kerap menjadi sumber material karyanya adalah Pantai Lembeng, Gianyar, serta sejumlah sungai di Bali. Kayu-kayu tersebut diambil ketika ia merasakan adanya dorongan visual maupun gagasan artistik yang muncul secara spontan.

“Material itu saya angkut ketika muncul inspirasi. Biasanya dari bentuk, tekstur, atau pengalaman batin saat berada di alam,” ujar Handi Yasa.

Pameran tunggal Seniman lukis asal Tejakula, Buleleng, Nyoman Handi Yasa bertajuk Cycles & Journeys yang resmi dibuka di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort, Sanur, Jumat (19/12/2025).

Lewat karya-karya kontemporernya, Handi Yasa ingin menyuarakan pentingnya menjaga keseimbangan alam semesta. Ia mengaitkan proses kreatifnya dengan filosofi Tri Hita Karana, yang menekankan harmoni hubungan manusia dengan alam dan Sang Pencipta.

Menurutnya, menjaga kelestarian lingkungan tidak hanya berdampak pada alam, tetapi juga pada keberlangsungan hidup manusia. Keseimbangan tersebut dinilai penting untuk mengurangi potensi bencana.

Karya-karya yang dipamerkan menampilkan eksplorasi warna, tekstur, dan bentuk yang kuat, hasil dari pengamatan mendalam terhadap lingkungan sekitar. Handi Yasa mengaku sebagian besar ide karyanya lahir dari interaksi langsung dengan alam.

“Saya memang fokus pada alam. Hampir semua karya berangkat dari sana. Harapannya, pengunjung bisa terinspirasi untuk lebih peduli dan menjaga lingkungan,” katanya.

Secara konseptual, pameran Cycles & Journeys merefleksikan ritme kehidupan, perjalanan, dan proses transformasi manusia. Melalui pendekatan visual khasnya, Handi Yasa mengajak pengunjung menelusuri siklus alam, ingatan kolektif, hingga perjalanan spiritual yang terus berulang.

Pameran ini dibuka secara resmi oleh Alexander Ketjil Kosasie dan dilengkapi refleksi kuratorial tertulis dari penulis seni I Made Susanta Dwitanaya. Digelar di Sudakara ArtSpace, ruang seni kontemporer dan tradisional di kawasan Sudamala Resort, Sanur, pameran ini sekaligus menegaskan komitmen resor dalam mendukung perkembangan seni dan budaya Indonesia melalui ruang dialog kreatif.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here