Wartawan NTT di Bali Tetap Minta Mendikbud Mundur

Puluhan wartawan asal NTT yang tergabung dalam Komunitas Pena NTT Bali dan puluhan mahasiswa asal NTT yang kuliah di Bali menggelar aksi unjukrasa di depan Monumen Perjuangan Bajrasandhi Renon Denpasar, Rabu (7/12).

Denpasar – Puluhan wartawan asal NTT yang tergabung dalam Komunitas Pena NTT Bali dan puluhan mahasiswa asal NTT yang kuliah di Bali menggelar aksi unjukrasa di depan Monumen Perjuangan Bajrasandhi Renon Denpasar, Rabu (7/12). Aksi tersebut merupakan protes terhadap pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Pernyataan tersebut dimuat dalam sebuah harian nasional pada tanggal 4 Desember 2017. Dalam pernyataan resmi itu, Mendikbud menyebut pernyataan itu setelah melihat laporan Program for International Students Assesement (PISA) saat pertemuan di UNESCO November lalu.

Survei PISA menyebutkan bahwa kualitas pendidikan RI masuk ranking paling bawah. Lalu Mendikbud menyebut jika, sample dari survey itu adalah siswa-siswi asal NTT. Dalam berita itu ada kutipan langsung “Saya kwatir yang dijadikan sample Indonesia adalah siswa-siswa dari NTT semua”.

Menurut Ketua Pena NTT Emanuel Dewata Oja, kalau pernyataan menteri itu betul maka orang NTT harus kembali bertanya kenapa ini terjadi. “Kami ini melakukan aksi bukan karena kami menyangkal bahwa kualitas pendidikan NTT rendah. Yang kami sesalnya adalah Menteri Pendidikan mempertegas bahwa kualitas pendidik di NTT menjadi penyebab runtuhnya peringkat kualitas pendidikan di Indonesia. NTT jadi kambing hitam. Kita akhirnya bertanya, siapa yang salah disini,” ujarnya.

Ia mengaku, untuk itulah seluruh warga NTT baik yang ada di NTT maupun yang ada di berbagai kota di Indonesia patut merasa tersinggung karena ternyata kualitas pendidikan di NTT menjadi penyebab peringkat kualitas pendidikan Indonesia merosot tajam di mata dunia.

Salah satu wartawan koran nasional Arnold Dhae mengatakan, dalam tiga hari terakhir warga NTT yang ada di mana-mana baik di Indonesia maupun di dunia patut marah. “Saat berita ini menyebar, para guru di NTT bersedih, para siswa di NTT ikut menangis. Mereka tersinggung. Mereka marah. Selama ini ternyata di mata seorang Menteri Pendidikan, warga NTT itu jadi kelas dua. Bahwa survei di NTT itu menyebabkan mutu pendidikan di Indonesia rendah karena siswa-siswi di NTT. Karena Sang Menteri berasumsi bahwa survei itu dilakukan di NTT,” ujarnya dengan suara tinggi.

Ia mengaku aksi akan terus dilakukan sepanjang Mendikbud belum melakukan klarifikasi dan memberikan penjelasan dan terutama apa yang dilakukan oleh pemerintah terhadap kualitas pendidikan di NTT.

“Siapa yang peduli dengan gaji guru di NTT, siapa yang merasa resah dengan sarana pendidikan di NTT, gedung yang tidak layak, akses listerik yang tidak ada, akses internet yang lelet. Pernyataan Mendikbud telah melukai hati orang NTT bukan hanya ada di NTT, tetapi melukai hari orang NTT yang ada di seluruh Indonesia dan bahkan seluruh dunia,” ujarnya.

Koordinator aksi San Edison mengatakan, sebagai seorang menteri dan apalagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, seharusnya pernyataan seperti itu tidak perlu disampaikan di depan publik tanpa data yang benar. Apakah benar bahwa PISA melakukan survei di NTT, ataukah surveinya dari berbagai daerah di Indonesia. Ini menjadi pertanyaan besar karena seorang menteri menyampaikan data PISA secara tidak jelas.

“Kami sangat terluka dengan pernyataan itu dan meminta agar Pak Menteri yang terhormat segera mengklarifikasinya,” ujarnya. Masyarakat NTT yang ada di Bali mengutuk keras pernyataan menteri dan meminta agar Menteri Muhadjir Effendy meminta maaf terhadap rakyat NTT.

“Kami minta Bapa Presiden Jokowi memecat Menteri yang diskriminatif. Menteri itu sudah melakukan hal yang tidak etis. Kami meminta agar Bapa Presiden segera mengambil tindakan tegas terhadap menteri tersebut agar langsung dicopot,” ujarnya.

Pengurus inti Pena NTT lainnya Ambros Boli mengatakan, memang benar secara kuantitatif mutu pendidikan NTT masih rendah. Namun secara kualitatif, banyak juga orang NTT yang menduduki posisi penting di negeri ini.

“Banyak menteri dari zaman ke zaman juga diisi orang NTT. Sebut saja nama-nama seperti Frans Seda (Mantan Menteri Perkebunan dan Dubes Belgia era Soekarno hingga Soeharto), Sony Keraf (Menteri Lingkungan Hidup era Megawati), Adrianus Moi (Gubernur Bank Indonesia era Soeharto), Jakob Nuwa Wea (Menakertrans era Megawati), Saleh Husin (Mantan Menteri Perindustrian era Jokowi), Nafsiah Mboy (Menteri Kesehatan era SBY) Belum lagi beberapa staf ahli seperti Komjen (Purn.) Gories Mere. Orang ini berjasa dalam pemberantasan terorime di Indonesia. Banyak lagi orang NTT yang berjasa di negeri ini yang namanya tidak dikenal,” ujar wartawan senior televisi asing tersebut.

Ia juga menyebut bahwa banyak juga guru besar, profesor, yang mengabdi di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Banyak juga tokoh pers dan pemimpin redaksi di berbagai media di Indonesia.

Sebarkan Berita ini

1 KOMENTAR

  1. NTT dibiarkan tertiggal dalam kebijakan pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidikan, dan hari ini seorang menteri tak menyesali itu tapi malah menjadikan kondisi itu sebagai kambing hitam dalam kemerosotan pendidikan Indonesia. Kami khawatir , seorang menteri sedang berasumsi bahwa jika NTT bukan bagian dari NKRI maka pendidikan Indonesia tidak merosot seperti ini, atau sang menteri sedang “menyesali “kenapa para Pendiri Bangsa ini memasukkan NTT dalam wilayah NKRI”. Kami orang NTT berharap para pimpinan lembaga tinggi negara segera memanggil yang bersangkutan untuk mempertanggungjawabkan pernyataannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here