BeritaDewata.com, Denpasar – Masyarakat di areal Warisan Budaya Dunia (WBD) Jatiluwih khususnya warga Tempekan Besikalung, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan menggelar Upacara Ngusaba Aya. Pekaseh Subak Jatiluwih Nyoman Sutama menjelaskan, upacara tersebut merupakan upacara untuk mengawali panen padi di areal daerah tujuan wisata Jatiluwih.
“Nama upacara Ngusaba Aya Gede dari Tempek Besikalung Desa Jatiluwih. Upacara ini dimaknai sebagai simbol sykuran panen padi. Makanya dibuat menjelang panen padi dengan melibatkan semua anggota Tempekan Besikalung,” ujarnya, Rabu 7 Juni 2017.
Upacara tersebut digelar di sebuah Pura yang lokasinya persis berada di tengah sawah. Sejak pagi, berbagai persiapan dilakukan. Tampak ibu-ibu dengan menggunakan pakaian adat lengkap mempersiapkan segala perlengkapan upacara. Sementara di sudut lain salah satu sisi pura, tampak rombongan bapak-bapak memainkan seperangkat alat musik tradisional Bali yakni baleganjur untuk mengiringi proses upacara berlangsung.
Setelah berbagai persiapan dilakukan, proses upacara pun dimulai. Pemangku (pemimpin upacara agama Hindu) mereciki air suci di seluruh sesajen yang telah disiapkan. Kemudian dilakukan prosesi atau arak-arakan menuju tengah sawah tempat panen padi akan dilakukan.
Menurutnya, upacara tersebut merupakan syukuran terhadap pencipta yang telah memberikan kesuburan kepada sawah di Jatiluwih. Ini merupakan implementasi dari filosofi Tri Hita Karana yakni keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan sesamanya.
Upacara ini dilakukan setiap tahun, tetapi yang dilakukan upacara besar setiap tiga tahun sekali secara bergilir di setiap kelompok subak. Rangkaian upacarany ada kaitannya dengan penanaman di sawah, membuka air untuk diairi sawah dan terakhir adalah panen. “Kalau saat menanam, upacarai ditandai dengan mencangkul selama tiga kali,” ujarnya.
Upacara tersebut mendapat dukungan dari semua pihak, baik pemerintah dan seluruh stakeholder terkait. “Kami mendapatkan dukungan dari semua pihak termasuk di Jatiluwih yang seluruhnya ada 7 tempek dengan jumlah anggota 520 orang, dengan luas areal subak sekitar 303 hektar,” ujarnya. Kegiatan ini merupakan simbol menerima berkah dari Dewi Sri di Jatiluwih yang telah memberikan berkahnya.