DENPASAR – Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kasbani menegaskan, hingga saat ini volume magma di perut Gunung Agung Karangasem Bali tinggal 2,8 juta kubik. Sebelumnya, volume magma yang terpantau mencapai 36 juta kubik.
Pengurangan volume magma ini disebabkan jika Gunung Agung selama sudah sering meletus. “Sudah dua bulan ini Gunung Agung memasuk fase erupsi. Puncak erupsinya terjadi pada tanggal 27-28 Desember yang lalu. Saat ini terus berlanjut dengan erupsi kecil-kecilan dan sangat singkat,” ujarnya di Sanur Bali, Kamis (25/1/2018).
Menurutnya, selama memasuki fase erupsi, sering terjadi lontaran abu vulkanik, lontaran batu pijar, dengan ketinggian maksimal 2500 meter di atas puncak kawah. Kondisi magma juga sangat cair. Untungnya, fase erupsi ini terjadi pada musim hujan.
“Setiap kali ada perubahan tekanan naik, karena kuba kawah meluas maka Gunung Agung langsung erupsi,” ujarnya. Volume magma tidak menumpuk. Saat ini volume magma tinggal 2,8 juga kubik dengan kedalaman 5 sampai 6 kilometer di bawah puncak kawah.
Sampai saat ini Gunung Agung sudah terpantau dengan sangat baik. Perkembangan detik demi detik diikuti dengan baik. Potensi saat ini masih valid terpantau. Karena memasuki musim hujan, maka lontaran abu tidak akan menjauhi kawah gunung.
Untuk itu kondisi yang sedikit berbahaya adalah magma cair yang akan keluar melalui anak sungai dan lembah-lembah yang terhubung langsung dengan kawah Gunung Agung. Magma cair ini akan mengalir dalam bentuk lumpur karena curah hujan cukup tinggi. Untuk itulah, di radius 6 kilometer masih dianggap sangat berbahaya sehingga warga dilarang memasuki areal tersebut. Statusnya masih awas, sekalipun saat ini trend aktifitas terus menurun.
Wakil Bupati Karangasem Wayan Artha Dipa menjelaskan, berdasarkan data warga yang ada di radius 6 kilometer dari puncak kawah, maka jumlah pengungsi saat ini tinggal mencapai 39 ribu orang. Dari jumlah itu, pengungsi yang masih tinggal di luar wilayah Karangasem terbesar berada di Kabupaten Klungkung sebanyak 4 ribu orang. Selebihnya berada di Kabupaten Buleleng karena jarak tempuh yang lebih dekat dengan letak Gunung Agung.
Sisanya masih ditampung di dalam wilayah Kabupaten Karangasem untuk mempermudah koordinasi. Ia mengaku logistik untuk pengungsi hingga saat ini masih terjamin. “Logistik terutama bahan makanan hingga saat ini masih terjamin baik dari sisi stoknya sampai distribusinya. Beras misalnya masih berjumlah 24 ribu ton sampai dengan hari ini,” ujarnya.