Site icon -Berita Dewata

UVJF 2025 Hadirkan Jazz dan Komitmen Ramah Lingkungan, Targetkan 3.400 Pengunjung

UVJF 2025 Hadirkan Jazz dan Komitmen Ramah Lingkungan

DENPASAR, BERITA DEWATA – Ubud Village Jazz Festival (UVJF) kembali hadir pada 1–2 Agustus 2025 di Sthala, a Tribute Portfolio Hotel, Ubud. Memasuki tahun ke-12 penyelenggaraan, UVJF 2025 tidak hanya menyajikan pertunjukan musik kelas dunia, tetapi juga mengusung isu keberlanjutan melalui tema “Langit & Bumi”.

UVJF akan menghadirkan lebih dari 15 grup musisi dari Indonesia dan mancanegara, mulai dari Makoto Kuriya Trio (Jepang), ROUGE (Prancis), hingga musisi muda Indonesia seperti Mahanada (15) dan Gayatri.

“Tahun ketiga pelaksanaan UVJF di Sthala akan semakin baik. Kami memilih Teroemboe sebagai lokasi press call karena aksesibilitasnya yang mudah, serta karena Teroemboe merupakan bagian dari keluarga besar Sthala. Dengan demikian, kualitas makanan dan pelayanan tentu kami jaga setara standar internasional,” ujar Lasta Arimbawa, General Manager Sthala Ubud Bali, dalam konferensi pers yang digelar di Teroemboe Resto, Sanur, Jumat (25/7/2025).

Festival tahun ini menargetkan kehadiran 3.400 pengunjung, atau meningkat 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Seluruh kamar di Hotel Sthala juga telah dipesan penuh selama periode festival berlangsung.

UVJF dikenal konsisten memberi ruang bagi talenta muda dan musisi jazz independen.

“Tahun 2025 menghadirkan tantangan tersendiri, terutama karena melibatkan musisi dari berbagai negara. Namun komitmen kami tetap sama: memberi ruang bagi talenta-talenta baru,” ujar Yuri Mahatma, Co-founder UVJF.

Salah satu yang akan tampil adalah Mahanada, musisi muda yang baru berusia 15 tahun. “Saya akan membawakan beberapa lagu dari album saya dengan aransemen khusus. Bisa tampil di UVJF adalah sebuah kehormatan bagi saya,” kata Mahanada.

Drummer senior Boggie Prasetyo dari Jazz Traveller menyatakan kebanggaannya bisa terus hadir di UVJF sejak 2014.

“Festival ini adalah salah satu dari sedikit festival yang masih memegang komitmen idealis: tetap setia pada jazz, walaupun genre ini sering dianggap sebagai ‘musik minoritas’. Konsistensi itulah yang membuat saya bangga menjadi bagian dari UVJF,” ujarnya.

Vokalis jazz Gayatri juga mengapresiasi pendekatan UVJF yang menampilkan 100 persen jazz di seluruh panggung. “Di tengah dinamika jazz di Indonesia, UVJF tampil beda. Saya sangat menghargai komitmen ini,” katanya.

UVJF 2025 juga menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan. Konsep desain “Langit & Bumi” diterjemahkan menjadi dua panggung utama: Stage Giri (langit/udara) dan Stage Subak (bumi/tanah).

“Kami ingin mengajak publik untuk menyadari pentingnya menjaga ruang udara kita, baik secara ekologis maupun kultural,” ujar Klick, arsitek dan desainer konsep UVJF. Ia juga menambahkan bahwa UVJF tidak lagi menggunakan gelas plastik maupun kertas.

Arsitek Dina, yang turut merancang festival, menjelaskan bahwa pengunjung akan menggunakan gelas khusus dengan sistem deposit sebesar Rp10.000. “Kami ingin festival ini tetap inklusif dan ramah lingkungan, karena jazz adalah musik yang rendah hati dan bisa dinikmati oleh siapa saja,” katanya.

Salah satu pendiri UVJF, Anom Darsana, mengungkapkan bahwa festival ini dibangun dengan semangat kolektif, bukan keuntungan finansial.

“Kami membangun festival ini bukan untuk mencari untung. Tidak ada satu pun dari kami yang hidup dari festival ini, tapi kami terus jalan, meski berdarah-darah sejak awal. Sampai hari ini, kami belum mendapat keuntungan apa pun, namun semangat kami tidak akan padam,” ungkap Anom.

Ia juga menyebut bahwa sistem suara di panggung utama akan ditangani oleh Sora System dari Solo, mitra lama yang mendukung festival-festival berbasis komunitas.

Sebarkan Berita ini
Exit mobile version