Beritadewata.com, Buleleng – Sekolah Dasar Negeri 5 Ringdikit yang berlokasi di dusun Rawa, desa Ringdikit Kecamatan, Seririt, Buleleng, Bali, terbilang sekolah yang terisolir. Disisi barat terbentang sawah dan sungai Tukad Saba yang begitu luas dan sulit disebrangi. Saat berangkat dan pulang sekolah, Sisw-siswi SDN 5 Ringdikit harus melintasi derasnya arus sungai Tukad Saba yang berdampingan dengan Desa Lokapaksa dan masih masuk wilayah Kelurahan Seririt.
Untuk bisa pergi ke sekolah dengan cepat dan tepat waktu, siswa-siswi SD ini, terpaksa harus melalui derasnya sungai Tukad Saba, sebab jika siswa melewati jalur lain, akan menghabiskan waktu yang cukup lama, dengan perjalanan kurang lebih tiga kilometer. Sedangkan bila menyeberangi sungai, maka jarak yang ditempuh akan lebih singkat, yakni hanya kurang satu kilometer. Beberapa diantaranya harus melepas sepatu karena berjalan menyusuri pematang sawah dan harus menyebrang di derasnya arus Sungai Tukad Saba.
Siswa-siswsi ini, begitu semangat dengan satu tujuan yaitu menuntut ilmu dengan cara bersekolah di SDN 5 Ringdikit, sungai yang terbentang luas dan ber arus deras pun tetap mereka lalui . Sebelumnya jembatan darurat penyebrangan dibangun untuk siswa yang akan bersekolah namun jebol akibat banjir pada bulan Februari 2016. Untuk meringankan dan membantu siswa sekolah, dinas pendidikan melakukan proses antar jemput.
Namun kini, bagi masyarakat sekitar Tukad Saba, terutama siswa-siswi bisa berbangga hati dengan hampir selesainya pembangunan jempatan gantung yang didanai dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provensi Bali. Jembatan dibangun dengan anggaran mecapai Rp 150 juta.
Jembatan gantung Tukad Saba dibangun dengan struktur yang lebih kuat, menggunakan dari bahan baku berupa beton, tiang pancang, Kawat baja, serta kayu yang tahan akan air. Pembangunan Jembatan gantung tersebut mulai digarap sejak awal Maret 2017, dan kini telah memasuki tahap finishing hingga mencapai 90 %.
Pelaksana Proyek, Wayan Sumindra menjelaskan anggaran yang dihabiskan untuk membangun jembatan tersebut diprediksi mencapai Rp 150 juta. “Jembatan ini memang dirancang menyerupai jembatan gantung biar bisa bertahan lama karena arus sungai di sini cukup deras. Kira-kira akan selesai dua bulan lagi,” Ungkap Sumindra, ditemui dilokasi pembngunan, Minggu, 16 April 2017.
tan tersebut hanya dapat digunakan oleh 10 pejalan kaki dalam sekali lintas. Sedangkan untuk pengendara sepeda motor, ia berharap agar tidak menggunakannya secara bersamaan. “Kalau motor sih bisa. Hanya lewatnya itu harus satu-satu,” ucapnya.
Diketahui, Dinas PU Provinsi Bali sebelumnya sempat membangun jembatan diatas Tukad Saba ini pada Januari 2017 lalu. Namun, baru seminggu beroperasi, jembatan yang dibuat dari box culvet (gorong-gorong beton) ambruk akibat diterjang banjir, pada bulan Februari 2017.