DENPASAR, BeritaDewata – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Bali Trisno Nugroho menegaskan, ekonomi Bali akan pulih di tahun 2021 sejalan dengan pulihnya pariwisata Bali. Optimisme ini sangat beralasan karena perekonomi global saat ini bergerak naik atau terus bertumbuh seiring dengan ditemukannya vaksi Covid19 di banyak negara di dunia.
“Di banyak negara di dunia, positif rate-nya tinggal 5 kasus perhari atau bahkan sudah nol. Ekonomi mulai bangkit. Optimislah, tahun 2021 ekonomi Balo akan bangkit, seiring dengan bangkitnya pariwisata,” ujarnya dalam Obrolan Santai BI Bareng Media di Denpasar, Senin (21/12/2020).
Ia mengakui, saat ini pertumbuhan ekonomi Bali menjadi pertumbuhan ekonomi terendah di Indonesia. Pada 2020, pertumbuhan sektor pariwisata terkendala dengan adanya Covid-19. Itu sebabnya penanganan Covid-19 akan tetap menjadi prioritas di tahun 2021. “Pertumbuhan ekonomi Bali secara tahunan menurun mulai dari -1,17% di triwulan I, -11% di triwulan II dan -12,2% di triwulan III tahun 2020. Menurunnya kedatangan wisatawan ke Bali berdampak langsung pada kinerja sektor pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Bali,” ujarnya.
Dalam jangka pendek, pemulihan perekonomian Bali ke depan berarti pemulihan sektor pariwisata. Ini sangat tergantung dari kedatangan wisatawan ke Bali, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ketersediaan vaksin Covid-19, level of confidence to travel, kebijakan perlintasan orang baik domestik maupun internasional serta pemulihan ekonomi global.
“Dalam jangka panjang, terdapat beberapa langkah kebijakan yang dapat dilakukan. Pertama, mendorong sumber pertumbuhan ekonomi baru. Covid-19 mengajarkan bahwa Bali perlu melakukan diversifikasi pertumbuhan ekonomi sehingga tidak hanya tergantung kepada sektor pariwisata. Kedua, mendorongquality tourism. Perlunya akselerasi pengembangan pariwisata Bali untuk health tourism, cruise tourism, serta MICE. Ketiga, mendorong pembangunan/ pengembangan infrastruktur baik infrastruktur dasar maupun infrastruktur terkait pariwisata,” tuturnya.
Bank Indonesia sendiri, kata Trisno, mempertahankan suku bunga kebijakan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75%. Suku bunga Depocit Facility dan suku bunga lending Facility pun dipertahankan, masing-masing pada angka 3,00% dan 4,50%. “Sejak awal tahun, BI telah lima kali menurunkan suku bunga, yaitu pada Februari, Maret, Juni, Juli, dan Nopember 2020, dengan total penurunan suku bunga sebesar 125 bps”, ujar Trisno.
Ia juga mengakui, di akhir tahun 2020, perekonomian Bali diyakini terus membaik. Hal ini didukung dengan meningkatnya konsumsi masyarakat yang tercermin dari peningkatan indeks penjualan eceran dan indeks keyakinan konsumen di akhir triwulan IV. Hal ini sekaligus mencerminkan adanya sikap optimisme masyarakat terhadap perekonomian Bali.
Pada bulan November 2020, Bali mengalami inflasi sebesar 0,81% (yoy), jauh lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 1,59% (yoy). Rendahnya tekanan inflasi ini merupakan dampak dari Covid-19 yang menyebabkan permintaan melemah. Tekanan inflasi yang rendah juga tidak terlepas dari penurunan aktivitas ekonomi sebagai konsekuensi dari pembatasan sosial.
Kinerja kredit melambat hingga hanya tumbuh 1,40% secara tahunan. Penurunan terbesar terjadi pada jenis kredit modal kerja berkaitan dengan terhentinya berbagai lapangan usaha, utamanya LU akmamin. Meskipun demikian, Non Performing Loan masih dalam ambang batas terkendali pada level 2,64%, antara lain sebagai hasil dari program restrukturisasi kredit, yang merupakan salah satu program PEN pemerintah untuk menjaga kesehatan perbankan serta membantu pelaku usaha yang terdampak oleh pembatasan kegiatan untuk mengurangi penyebaran Covid-19.
Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi. Bank Indonesia memperkuat sinergi kebijkaan dan mendukung berbagai kebijakan lanjutan untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional.