
DENPASAR, BeritaDewata -Tokoh Puri Agung Gerenceng Anak Agung Ngurah Agung menegaskan, sejarah perjuangan Perang Puputan Badung Jangan sampai hilang dimakan zaman. Spirit perjuangan itu harus menjadi peringatan bagi generasi Bali masa kini.
Sebagai bentuk peringatan terhadap perjuangan dari Puputan Badung yang tahun ini sudah berusia 114 tahun. Peringatan ke – 114 Puputan Badung dirayakan secara sederhana namun penuh kesan di Puri Gerenceng Denpasar, Minggu (20/9) lalu.
Peringatan tidak seperti tahun – tahun sebelumnya karena masih dalam pandemik Covid -19. Dengan peringatan tersebut diharapkan spirit Puputan Badung tetap terjaga dalam mengisi kemerdekaan.
Tokoh Puri Grenceng Anak Agung Ngurah Agung mengatakan, esensi dari peringatan Puputan Badung ke – 114 tahun ini yaitu ingin menjaga spirit Puputan Badung. Ngurah Agung menyebut, peringatan kali ini sangat sederhana, namun tidak terlepas dari makna sebuah perjuangan leluhur yang tidak mengenal lelah dan tanpa pamrih.
“Ayo kita berjuang sekarang. Kalau dulu mereka berjuang dengan darah, sekarang cukup dengan ide-ide baik, program dan meningkatkan sumber daya manusia sebagai generasi penerus,” ungkapnya. Ia menilai, masyarakat Denpasar yang heterogen agar tetap menjalin silahturahmi antar umat beragama dengan hidup berdampingan dan rukun.
Kehidupan masyarakat di Bali, Denpasar khususnya tidak bisa terlepas dari puri. Mengingat jasa-jasa puri yang sangat besar yang patut dijunjung tinggi. “Keberadaan kita tidak bisa terlepas dari Puri, Pura, Para, dan Purana,” bebernya.
Puri dimaksud, kata Ngurah Agung berarti rumah, atau kediaman para bangsawan. Sedangkan Pura berarti tempat beribadah atau sembahyang, Para merupakan rakyat atau masyarakat, dan Purana adalah silsilah.
Adapun peringatan ke – 114 tahun Puputan Badung di Puri Grenceng dengan membaca kekawin dan kidung atau pupuh karya I Gusti Oka Manek yang mengisahkan tentang perjuangan Perang Puputan Badung yang merupakan pertempuran masyarakat Badung hingga titik darah penghabisan.
Dalam peringatan Puputan Badung tersebut, dihadiri pula calon walikota Denpasar Gede Ngurah Ambara Putra. Dirinya juga sempat membaca teks kekawin dan melantunkan kekawin dengan lembut didampingi panglingsir Puri Grenceng di balai pertemuan puri.
Sebagai bentuk penghargaan terhadap Ambara Putra, pihak puri memberikan kesempatan kepada Ambara untuk membubuhkan tanda tangan diatas kain berlukis tampak kaki, yang dibentangkan dari gedong puri sampai angkul-angkul sebagai simbol jejak kaki leluhur puri saat berangkat menuju Perang Puputan Badung.