Tidak Miliki Parkir, Bandara Ngurah Rai Tolak Permintaan 70 Pesawat yang Ingin Terbang ke Bali

Tidak Miliki Parkir, Bandara Ngurah Rai Tolak Permintaan 70 Pesawat yang Ingin Terbang ke Bali

DENPASAR – General Manajer PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi mengatakan, Bandara Ngurah Rai Bali saat ini sudah menolak 70 permintaan dari berbagai airline baik dalam maupun luar negeri yang ingin terbang ke Bali.

“Kami sampai hari ini ada 70 airline atau slot yang ingin masuk ke Ngurah Rai, tetapi tidak bisa kita layani. Ini sangat ironis sekali. Terminal kita masih bisa menampung. Runway kita masih bisa menampung. Yang tidak bisa adalah apron, parkir pesawat yang masih kurang. Ini yang harus kita benahi,” ujarnya di Denpasar, Minggu (25/2).

Kondisi ini memang ironis karena Bali semakin diminati wisatawan, sementara bandaranya menolak penerbangan karena tidak memiliki parkir. Untuk itu dia meminta dukungan semua pihak untuk ikut membantu yakni membangun lahan parkir pesawat. Lahan itu ada yakni di atas laut di bagian barat.

“Kami berharap kepada masyarakat Bali untuk memberikan izin pembukaan lahan tersebut,” ujarnya.

Selain itu ada tugas pemerintah untuk memberikan fasiltas kepada peserta IMF dan World Bank yang akan menggelar rapat di Bali pada Oktober 2018. “Informasi terakhir, yang sudah terkonfirmasi datang adalah 17 ribu dari 189 negara, dan ada 34 kepala negara yang datang. Kita minimal harus memiliki 10 parkir pesawat. Ini harus dikerjakan dan Oktober harus bisa dipakai,” ujarnya. Untuk IMF ini akan dilakukan reklamasi seluas 48 hektar, yang sudah ada Amdal seluas 1,5 hektar.

Pengerjaan bandara untuk IMF akan menelan anggaran Rp2,2 triliun. “Kami berharap sebelum Oktober sudah bisa digunakan,” katanya. Anggaran triliunan rupiah itu untuk mengembangkan sejumlah fasilitas di antaranya pengembangan apron di sebelah barat dan timur bandara.

Akibatnya, terminal VIP I dan VIP II yang berada di sebelah barat atau di dekat Pertamina, akan dipindahkan ke sisi timur bandara tepatnya di dekat terminal kargo internasional. Markas Base Ops Pangkalan Udara Ngurah Rai juga akan direlokasi agar berada dekat dengan terminal VIP baru untuk memudahkan pengamanan.

General Manajer PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi

Saat ini pengerjaan proyek memasuki tahapan pembuatan apron atau tempat parkir pesawat di sisi timur bandara yang baru mencapai sekitar 1,76 persen. Nantinya di apron timur itu ditargetkan akan ada penambahan untuk parkir empat pesawat berbadan lebar, setelah sejumlah fasilitas di kawasan timur bandara dibongkar di antaranya hangar maskapai Travira, kargo domestik dan fasilitas lainnya.

Sedangkan di sisi barat bandara, rencananya akan ada enam tambahan “parking stan” tempat parkir pesawat berbadan lebar yang saat ini sedang dalam persiapan kontrak pekerjaan. Yanus menjelaskan kebutuhan apron di bandara itu sangat mendesak mengingat pihaknya belum bisa banyak menampung slot karena tingginya permintaan dari sekitar 70 maskapai nasional dan internasional yang melayani penerbangan di Bali.

Sedangkan untuk daya tampung terminal domestik dan internasional dan landasan pacu di salah satu bandara tersibuk di Tanah Air itu saat ini masih memadai. Mengingat keterbatasan lahan, maka untuk perluasan bandara rencananya dilakukan dengan cara reklamasi atau mengurung wilayah pesisir di sebelah barat bandara seluas sekitar 48 hektare. “Untuk perluasan bandara ini (digarap) setelah target (pengembangan bandara,” ujarnya.

Menurutnya, izin prinsip seluas 48 hektar sudah diprosen di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Untuk tahap penyelesaian, Agustus diharapkan sudah memasuki tahan finishing. Master plannya sudah ada, tetapi tinggal menunggu tanda tangan bupati dan gubernur.

“Kita ingin agar pembangunan ini tidak berdampak pada lingkungan. Kita juga menggandeng beberapa ahli daru Universitas Udayana,” ujarnya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here