VIETNAM, BERITA DEWATA – Pemerintah Kota Denpasar menegaskan komitmennya sebagai kota kreatif berwawasan budaya dengan berpartisipasi dalam “5th Organization of World Heritage Cities (OWHC) Asia-Pacific Regional Conference 2025” yang digelar di Hue City, Vietnam, Selasa (15/10/2025).
Forum internasional yang bertema “Regenerating Urbanity – Cultural Heritage as a Source of Innovation for Sustainable Cities” tersebut dihadiri oleh perwakilan berbagai kota warisan dunia di kawasan Asia-Pasifik. Denpasar diwakili oleh Sekretaris Daerah Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana, bersama anggota Kelompok Ahli Bidang Pembangunan dan Kebudayaan, Dr. Komang Indra Wirawan.
Dalam paparannya, Dr. Komang Indra Wirawan menekankan bahwa Denpasar tumbuh di atas fondasi warisan budaya yang kuat, berpijak pada filosofi Tri Hita Karana — keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan — serta spirit Vasudhaiva Kutumbakam, yang bermakna seluruh umat manusia adalah satu keluarga.
“Warisan budaya bukan beban masa lalu, melainkan fondasi bagi masa depan berkelanjutan. Regenerasi kota bersejarah harus mampu menghidupkan kembali ruang-ruang budaya sebagai sumber inovasi, kreativitas, dan harmoni sosial,” ujar Dr. Komang Indra.
Ia juga menyoroti tantangan yang dihadapi kota-kota bersejarah, seperti urbanisasi, tekanan pembangunan, dan globalisasi yang berpotensi menggeser nilai-nilai lokal. Menurutnya, Kota Denpasar merespons tantangan itu melalui berbagai inisiatif pelestarian budaya berbasis inovasi, seperti Denpasar Heritage City Program, yang melibatkan revitalisasi kawasan bersejarah Puri Kesiman, Pasar Badung, dan Pura Jagatnatha, dengan dukungan kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan akademisi.
Selain itu, Denpasar Festival (Denfest) juga menjadi ajang tahunan yang menampilkan seni, kriya, kuliner, dan inovasi kreatif sebagai bagian dari upaya memperkuat identitas budaya masyarakat kota.
“Tidak hanya kesenian, Denpasar juga berkomitmen pada konservasi Subak dan lanskap budaya melalui integrasi sistem subak dalam tata ruang kota untuk menjaga keseimbangan ekologis dan spiritual,” jelasnya.
Kota Denpasar juga tengah mengembangkan Green Cultural Corridor Project, yakni jalur hijau yang menghubungkan taman kota, pura, dan situs budaya dengan desain pedestrian ramah lingkungan sesuai prinsip Tri Hita Karana.
Dalam sesi penutup, Dr. Komang Indra menegaskan komitmen Denpasar untuk menjadi model kota regeneratif berbasis warisan budaya di kawasan Asia-Pasifik. Beberapa langkah strategis yang disiapkan meliputi peningkatan partisipasi masyarakat adat dan seniman lokal dalam perencanaan kota, pengembangan platform digital Smart Heritage Denpasar untuk dokumentasi dan promosi warisan budaya, serta memperkuat kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, dan komunitas kreatif.
“Regenerasi kota bukan hanya tentang bangunan, tetapi juga tentang menjaga jiwa masyarakat yang hidup di dalamnya. Dengan semangat Tri Hita Karana dan Vasudhaiva Kutumbakam, Denpasar siap menjadi kota budaya yang berdaya saing global dan berkelanjutan,” tutupnya.

