Beritadewata.com, Tabanan – Menyikapi banyaknya berita palsu alias hoax dan provokatif yang banyak beredar melalui internet khususnya media website, dinilai oleh banyak kalangan berpotensi menyesatkan banyak orang. Bahkan lebih dari itu berita hoax dapat mengancam persatuan dan kesatuan NKRI. “Tidak jarang berita hoax dijadikan alat oleh seseorang atau kelompok untuk kepentingan tertentu dengan target tertentu, mempropagandakan berbagai idiologi yang bertentangan dengan dasar Pancasila serta berbagai propaganda yang memprovokasi intoleransi yang berdampak rusaknya rasa kebangsaan.” Ungkap Pimpinan Redaksi SuaraDewata, melalui rilis yang diterima redaksi, Rabu, 22 Maret 2017.
Menurutnya, melalui Suara Dewata, pihak merasa berkewajiban menangkan beredarnya berita hoax. Salahsatu upaya kongkrit yang dilakukan yakni dengan menggelar diskusi kebangsaan bertemakan “Upaya Kongkret Menangkal Jurnalisme Provokativ dan Hoax pada Media Website”. Diskusi yang dimotori oleh Suara Dewata akan digelar pada Kamis, 23 Maret 2017 di Warung BE-Jawa, Jalan Raya Teratai, nomor 45, Dukuh, Tabanan Bali.
Dijelaskan Sugina, yang melatarbelakangi digelarnya diskusi tersebut karena melihat pesatnya perkembangan internet saat ini menjadi ladang informasi tanpa batas dengan penyebaran cepat dan cukupan luas bagi masyarakat. ”Dijaman sekarang siapapun bisa mengakses internet guna mengetahui sebuah peristiwa dimana saja dan kapan saja,” ucapnya. Selain itu internet kata dia kini bisa dijadikan media belajar tentang apa saja cukup dengan mengetik kata kunci di kolom mesin pencari. Namun disisi lain kemajuan teknologi tersebut dapat berakibat negatif, ada konsekuesi dari sebaran informasi, terlebih ketika semua orang bebas berperan sebagai sumber informasi. ”Konsekuesi itu adalah buramnya dinding pembatas antara fakta dan hoax,” ucapnya.

Sugina Menambahkan, atas penomena tersebut diperlukan sinergitas berbagai elemen masyarakat untuk bahu membahu menyuarakan anti berita provokatif hoax. Lebih dari itu bagaimana merumuskan langkah-langkah konkret menangkat penyebaran jurnalisme provokatif dan hoax di media website yang dapat memecah belah persatuan dan mengacam keutuhan NKRI. ”Harapan kita dari diskusi ini mampu meminimalisir bahkan menangkal berbagai jurnalisme/berita provokatif dan hoax seperti propaganda kelompok kepentingan yang merusak sendi-sendi kebangsaan maupun kelompok radikal, separatisme dan komunisme yang belakang gencar memanfaatkan kelulusaan dan kebebasan media bahkan propaganda asing mengingat wilayah Bali yang merupakan destinasi internasional serta menjadi sasaran kelompok radikal juga sebagai salah satu basis kelompok separatis Papua dalam melakukang konsolidasinya,” beber Sugina yang juga mantan wartawan Radar Bali tersebut.
Selain itu, diskusi ini kata dia untuk menggali dan mengoptimalkan peran pers khususnya jaringan media online di bali melalui literasi media dalam rangka menangkal Website-website provokatif dan penyebar hoax. Disamping itu guna mengidentifikasi dan memetakan potensi dan kekuatan peran pers khusunya jaringan media online di Bali dalam konteks kekinian guna menangkal berbagai propaganda yang merugikan kepentingan nasional. ”Kita juga ingin menggali dan merumuskan peran strategis pers dalam menangkal timbulnya propaganda-propaganda yang merugikan kepentingan nasional melalui berbagai pemberitaan profokatif dan hoax sekaligus mensinergikan pers di Bali dan berbagai pihak agar lebih partisipatif dalam menangkal propaganda dan jurnalisme berita-berita profokatif dan hoax yang merugikan kepentingan Nasional,” tegasnya.
Adapun yang dijadikan narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Ketua Asosiasi Media Online (AMO) Bali, I Nyoman Setiawan yang juga Pimred MetroBali, Ketua AJI Bali, Hari Puspita yang juga Korlip Radar Bali, Jawa Pos Group, dan dua orang pengaman media masing-masing Putu Agus Swastika dan Rofiqi. Putu Agus Swastika adalah salah satu pengamat media di Bali dan juga Direktur STIMIK Primakara Bali. Sementara Mas Rofiqi adalah mantan Ketua AJI dan Wartawan Tempo. Sedangkan moderator yang akan memandu diskusi tersebut Panca Wardani Lodra perempuan penggiat Public Relation.
Terkait peserta yang akan dihadirkan, menurut Sugina utamanya adalah kalangan insan Pers khususnya jaringan media online dan penggiat sosial media di Bali. Disamping itu juga diundang para siswa pelajar SMA/SMK, Ormas dan LSM. ”Siswa SMA/SMK sengaja kita hadirkan untuk memberikan edukasi kepada mereka, karena saat ini media sosial sangat akrab dengan adik-adik kita yang berstatus pelajar,” ucapnya.
Terakait capaian kegiatan diharapkan terjadinya sinergitas Pers di Bali khususnya jaringan media online di Bali dan berbagai pihak agar lebih partisipatif dan kongkrit dalam menangkal propagandan, dan berita-berita provokakatif dan hoax yang merugikan kepentingan Nasional. ” Jurnalisme provokatif dan hoax ini adalah tanggung jawab kita bersama, mari kita rapatkan barisan guna mengakal berita-berita provokatif dan hoax karena hal itu dapat menyesatkan dan merusak persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI,” tandasnya