KLUNGKUNG – Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Bali menggelar sosialisasi Bantuan Keuangan Khusus (BKK) untuk Desa Pekraman, Subak, dan Subak Abian kepada seluruh Perbekel dan Bendesa serta perangkat Desa Dinas dan adat se-Kabupaten Klungkung. Kegiatan tersebut bertempat di Wantilan Pura Goa Lawah, Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung, kamis (25/1).
Sosialisasi tersebut dihadiri langsung oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, Kabid Pemerintahan Desa Provinsi Bali Made Redy Yuliarmawan, Bendesa Agung (Ketua MUDP) Provinsi Bali, Jero Gede Wayan Suwena Putus Upadesa, Camat, Perbekel dan Bendesa se-Kabupaten Klungkung.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dalam sosialisasi tersebut meminta agar Perbekel dan Bendesa bekerjasama yang baik, serta mempunyai komitmen dan tujuan yang sama guna tercapainya kesejahteraan masyarakat. Sehingga dengan komitmen dan tujuan yang sama, penggunaan BKK dari Provinsi maupun dari kabupaten bisa dikelola dengan baik dan benar.
Selain itu, masyarakat juga diminta harus tahu jumlah BKK yang diterima desa itu tergantung dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten maupun dari Provinsi. “kalau PAD meningkat secara sistematis, dana BKK untuk Desa pasti meningkat,” ujar Suwirta.
Selain itu, Bupati Suwirta juga mengharapkan Desa tidak selalu mengandalkan bantuan dari pemerintah saja. Desa harus lebih berinovasi guna mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di masing-masing desa.
Dalam sambutan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Bali, yang dibaca Kabid Pemerintahan Desa Made Ready Yuliarmawan, setiap tahunnya Provinsi Bali berkomitmen dan mendukung dalam bentuk pemberian stimulan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) untuk Desa Pekraman, Subak dan Subak abian yang disalurkan melalui Kabupaten/Kota dan Desa. Untuk pengelolannya, BKK dikelola kedalam APBDes yang akan digunakan mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa seperti pelaksanaan Pembangunan Desa, dan Pembinaan Masyarakat Desa.
Melalui BKK ini juga diharapkan dapat mendorong dan menumbuh kembangkan partisipasi masyarkat, gotong-royong, dengan prinsip “menyame Braya” dalam pembangunan di Desa Khususnya bidang adat dan Budaya Bali. Dengan demikian, desa Pekraman dan Subak akan menjadi benteng utama pelestarian budaya Bali ditengah derasnya gempuran budaya golabilsasi.