
DENPASAR, BeritaDewata – Ombudsman RI (ORI) Perwakilan Bali melakukan inspeksi mendadak (Sidak) di Bandara Ngurah Rai Bali khususnya di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Ngurah Rai Bali.
Kepala ORI Bali Umar Ibnu Alkhatab mengatakan, Ombudsman Bali ingin memastikan pelayanan dan pengetatan terhadap turis asing pasca merebaknya virus corona yang oleh WHO diumumkan darurat global.
“Kami ingin memastikan pemeriksaan terhadap semua penumpang yang datang dari berbagai negara di dunia ke Bali. Terutama operasional alat pemindai suhu tubuh atau thermal scanner. Kami ingin melihat dari dekat bagaiman hal itu dilakukan. Dan hasil pemantauan kami ternyata petugas di Bandara Ngurah Rai bekerja non stop 24 jam memantau suhu tubuh para penumpang. Kami apresiasi itu,” ujarnya usai Sidak, Minggu (2/2).
Umar mengakui jika operasional di Bandara Ngurah Rai terkait dengan virus corona sudah maksimal. “Saya melihat sendiri bagaimana petugas fokus di layar monitor thermal scanner tanpa henti bila ada penumpang masuk bandara. Satu persatu penumpang terdeteksi. Sementara di beberapa sudut ruangan masih dilakukan penjagaan super ketat untuk mengarahkan penumpang melewati koridor thermal scanner. Kami apresiasi itu,” ujarnya.
Ombudsman menilai, pertama, secara teknis penanganan virus corona di Ngurah Rai sudah sangat bagus. Kedua, peralatannya juga sudah sangat canggih. Pemerintah siapkan 6 unit alat dan semuanya bisa dioperasikan. Ketiga, dari sisi SDM juga sungguh luar biasa. Mereka bekerja tiga shiff tanpa henti dengan jumlah 17 personil dalam satu shiff.
Menurutnya, virus corona menjadi perhatian semua pihak saat ini terutama Bali sebagai pintu masuk pariwisata Indonesia. Ia meminta agar Bandara Ngurah Rai terus memperketat pemeriksaan suhu tubuh untuk memotong mata rantai penularan corona dari manusia ke manusia. Sebab, bila pintu masuk Bandara Ngurah Rai lengah dan bobol maka hancurlah pariwisata Bali dan Indonesia.
“Keresahan dan kekuatiran ini bukan hanya kita di Indonesia atau Bali saja. Ombudsman Bali juga mendapat pengaduan dari Konjen Tiongkok di Bali. Mereka juga meresahkan warganya yang mungkin masih berada di Bali. Mereka ingin memastikan apakah masih ada warga Cina di Bali pasca merebaknya virus mematikan tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, pengaduan Konjen Cina di Bali ini menunjukkan bahwa pemerintah kita belum bisa memberikan akses data yang baik. “Ini adalah keresahan Konjen bagi kesehatan warganya di Bali,” ujarnya.
Berdasarkan data di Imigrasi Ngurah Rai Bali, total perlintasan turis Cina di Bali selama Januari 2020 sebanyak jumlah perlintasan warga Cina di Bali sebanyak 118.673 orang. Jumlah yang datang ke Bali selama Januari 2020 sebanyak 61.880 orang. Jumlah yang sudah meninggalkan Bali selama Januari 2020 sebanyak 56.793 orang. Hal ini berarti turis Cina yang masih ada di Bali saat ini sebanyak 5.087 orang.
“Jumlah ini yang masih harus diawasi oleh pemerintah. Bukan dalam pengertian mengisolasi atau diskriminasi tetapi demi kebaikan bersama dengan isu virus corona tersebut,” ujarnya.