DENPASAR, Berita Dewata – Ratusan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Provinsi Bali terutama Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan provinsi dan kabupaten dan kota seluruh Bali rama-ramai konsumsi daging babi. Acara makan daging babi massal ini digelar di halaman Kantor Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, Jumat (7/2).
Acara tersebut dipimpin langsung oleh Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indera, dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Bali Ida Bagus Wisnu Wardhana, para kepala dinas pertanian seluruh kabupaten dan kota di Bali, ketua dan pengurus Gabungan Usaha Peternak Bali Indonesia (GUBPI) Bali, para ASN lainnya. Seluruh peserta ramai-ramai konsumsi daging babi sebagai bentuk promosi bahwa daging di Bali itu aman dikonsumsi.
Sekda Bali Dewa Made Indera menjelaskan, acara yang digelar hari ini berjudul “Jangan Takut Makan Daging Babi, Daging Babi Aman Dikonsumsi”. Tujuannya adalah ingin menyampaikan kepada masyarakat Bali dan Indonesia umumnya yang konsumsi daging babi agar tidak takut konsumsi daging babi.
Sebab selama ini merebak informasi bahwa ratusan babi di Bali yang mati serentak terkena African Swine Flu (ASF) atau yang lebih dikenal dengan virus Afrika atau demam Afriva. “Dengan makan bersama daging babi hari ini kami ingin menyampaikan pesan kepada publik bahwa bahwa daging babi itu aman dikonsumsi bila dimasak dengan benar, dimasak dengan suhu yang panas mencukupi. Tidak ada gangguan apa pun. Tidak ada virus Afrika kalau dimasak dengan benar. Jadi aman dikonsumsi,” ujarnya.
Menurut Sekda, selama sepekan terakhir ini memang banyak peternak babi di Bali yang mengalami kerugian karena sudah ratusan babi di Bali mati serentak. Jumlahnya sampai saat ini sudah di atas 800 sampai 1000 ekor. Jumlah ini tersebar di Denpasar, Badung, Tabanan, Gianyar, Buleleng dan Klungkung. Jumlah terbanyak berada di Kabupaten Badung namun kasus pertama terjadi di Pesanggaran Kecamatan Denpasar Selatan.
“Hingga saat ini belum ada hasil test laboratorium yang secara definitif mengatakan jika kematian babi di Bali itu akibat virus Afrika. Dari hasil test di Laboratorium Bali Veteriner memang diduga atau suspect. Makanya hasilnya juga dikirim ke Laboratorium di Medan karena mereka memiliki alat yang lebih canggih karena wilayah itu pernah mengalami peristiwa yang sama dengan Bali. Mungkin simptonnya sama seperti panas, demam, muntah, tetapi banyak juga penyakit lain yang memiliki gejala yang sama.” Terangnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnu Wardhana mengatakan, selama ini banyak peternak menggunakan makanan sisa dari pesawat, hotel, restoran, warung dan sebagainya. Tidak semua makanan itu baik untuk dikonsumsi babi.
“Sebenarnya boleh saja menggunakan sisa makanan dari pesawat, hotel, restoran, warung. Asalkan tidak langsung dikasi ke ternak babi untuk dikonsumsi melainkan direbus lagi sampai matang baru dikonsumsi babi. Tujuannya agar kuman dalam makanan sisa tersebut mati karena suhu saat direbus,” ujarnya.
Saat ini edukasi kepada masyarakat atau peternak terus dilakukan seperti kandang harus dibersihkan, makanan harus sehat dan seterusnya. Pemerintah sudah menyebarkan lebih dari 5 ribu liter cairan desinfektan kepada petani dan peternak agar bisa disemprotkan ke kandang untuk membunuh berbagai kuman yang ada.