DENPASAR, BeritaDewata – Bandara Internasional Ngurah Rai Bali terus merasakan dampak kerugian akibat virus corona. Humas PT Angkasa Pura Ngurah Rai Arie Ashanurrohim mengatakan, sejak virus corona mencuat, pergerakan pesawat dan penumpang dari dan ke berbagai bandara di Cina terus menurun.
“Trend penurunan terus terjadi. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sudah minus sampai 6,93%. Sejak virus ini mencuat, ada 105 penerbangan dari dan ke berbagai daerah di Cina yang dibatalkan,” ujarnya di Denpasar, Senin (3/2).
Menurutnya, sesungguhnya kasus virus corona ini sudah beredar sejak tanggal 12 Januari 2020. Sejak itu pula banyak penerbangan yang dibatalkan. Namun secara grafik penurunan drastis terjadi sejak tanggal 19 Januari. Data terakhir menunjukkan, hingga tanggal 2 Februari hanya tercatat sebanyak 804 pergerakan pesawat baik datang maupun pergi ke sejumlah daerah di Cina selain Wuhan.
Dari total pergerakan tersebut ada tercatat jumlah pergerakan penumpang baik yang datanv maupun pergi ke sejumlah daerah di Cina sebanyak 154.483 orang. Jumlah ini yang turun langsung dari dan ke Bandara Ngurah Rai. Jumlah ini berdampak besar pada target kunjungan penumpang atau pergerakan pesawat di Bandara Ngurah Rai, ” ujarnya.
Penurunan atau ancaman tidak terpenuhinya target kunjungan sebanyak 29 juta orang di tahun 2020 ini akan diperparah dengan larangan atau kebijakan pemerintah untuk menutup sementara akses dari Cina yang akan diberlakukan pada tanggal 4 Februari tengah malam.
Terkait dengan penutupan akses tersebut, Bandara Ngurah Rai masih menunggu kebijakan pusat dan data resmi baik dari Imigrasi, Biro Perjalanan Wisata dan pemerintah daerah terkait lainnya. Namun dari pihak Otoritas Bandara Ngurah Rai sudah menyiapkan slot khusus bila hal ini terjadi.
Menurut Arie, setelah mengantongi data tentang jumlah orang Cina yang mau kembali ke negaranya maka Bandara Ngurah Rai akan menyiapkan isolating area di lantai 2 terminal keberangkatan internasional di Bandara Ngurah Rai. Tujuannya agar proses bagi warga Cina yang pulang ke negaranya akan berjalan cepat dan lancar dan tidak melakukan banyak kontak atau komunikasi lainnya dengan penumpang lain di bandara.
“Sampai saat ini kami masih menunggu langkah-langkah teknis dari pusat. Sebab bisa saja terjadi ada dua skenario. Pertama, bisa berupa pemindahan rute setelah di-refound tiketnya seperti ke Macau dan sebagainya. Artinya, sekalipun pemerintah tutup jalur ke Cina namun bisa menggunakan jalur lain yang disediakan,” ujarnya.
Kedua, bisa juga dijemput oleh pemerintah di Cina. Bila skenario dijemput oleh pemerintahan di Cina maka Otban harus menyiapkan slot, mengeluarkan Notam dan seterusnya. “Kita menunggu petunjuk teknis tersebut. Sebab ini sangat penting karena untuk penerapan di lapangan nantinya,” ujarnya.