Sampah Berserakan, Tiwik: Perda Sampah Bagai “Macan Ompong”

Sampah Berserakan di Wilayah Kabupaten Buleleng

BULELENG – Maraknya pembuangan sampah-sampah di pinggir jalan raya Singaraja- Seririt- Gerokgak maupun di sungai-sungai, harus disikapi serius oleh pemerintah Kabupaten Buleleng. Agar perda sampah jangan dijadikan “Macan Ompong”. Hal tersebut diungkapkan oleh Pelaku Priwisata sekaligus mantan anggota Dewan Buleleng dari partai Golkar Tiwik Ismaninggrum.

“Pandangan menjijikan dengan timbulnya bau tak sedap dari sampah yang tersebar diwilayah Buleleng, akan membuat pariwisata tercoreng dan dikhawatirkan, Buleleng menjadi kota tertinggal dari kemajuan pariwisata,” ujar Tiwik, di temui di Buleleng, Minggu (21/1/2018).

Menurutnya, Buleleng merupakan salah satu daerah kunjungan wisatawan yang mempunyai banyak obyek dan sangat menjanjikan bagi kalangan masyarakat dan pelaku wisata,  disamping itu Buleleng juga daerah yang Nyegara Gunung, laut dan Bukit sangat berdekatan, mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Bali.

Namun, sangat disayangkan, kalau masyarakat Buleleng sendiri masih belum begitu sadar dengan daerahnya sendiri, terkadang mereka sendiri selalu mengabaikan tempat dimana mereka tinggal padahal sangat mempunyai daya tarik bagi wisatawan manca negara.

Hal ini seakan menjadi cermin pribadi yang membudaya bagi masyarakat. Seperti maraknya pembuangan sampah-sampah di pinggir jalan raya Singaraja- Seririt- Gerokgak maupun di sungai-sungai mulai menghiasi pinggiran jalan seakan sudah menjadi tradisi yang bila dibiarkan dapat mencoreng citra pariwisata Buleleng yang kini sedang tertata kelola.

“Dalam tesis saya ketika saya mengambil master pariwisata, sudah saya tulis bahwa salah satu kendala dalam mengembangkan pariwisata adalah sangat rendahnya kesadaran dimasyarakat dalam menjaga lingkungan, padahal bagaimanapun bagusnya sarana dan prasarana penunjang pariwisata, tatapi kalau kesannya jorok dan kumuh maka semuanya tak berarti apa.

Maka jangan heran ada tourist yang mengatakan ke Bali sama dengan go to hell. Artinya lebih baik kita fokus untuk memelihara kebersihan dari pada membangun sarana pariwisata lainnya, peliharalah yang sudah ada dengan menjaga kebersihannya” jelas Tiwik.

Ia menambahkan, Perda masalah sampah kalau tidak di back up dengan ketegasan dari pemerintah maka perda akan menjadi macan ompong, kita harus apresiasi kepala desa yang peduli denga sampah, seperti kepala desa Baktiseraga.

Pengalokasian dana APBD seharusnya ditingkatkan untuk pembelian dan pemeliharan mobil sampah, melalui desa adat maupun desa dinas sudah mulai disosialisasian bahwa pentingnya kota maupun desa bersih seperti di Negara Singapura untuk pariwisata,

“Dulu waktu saya masih di dewan pernah saya dengungkan ini, tapi malah dapat cibiran bukan dari masyarakat atau pemerintah tapi dari kolega saya di Dewan, miris jadinya, begitulah pandangan saya,” imbuhnya.

Sebagai pelaku bisnis wisata yang memiliki Hotel di jantung Pariwisata Lovina Desa Kalibukbuk, Buleleng.  Saat ditanya terkait calon Gubernur Bali yang kini sedang merayap mendekati masyarakat. Tiwik mengharapkan Gubernur yang terpilih nantinya lebih cenderung mengembangkan pertumbuhan Pariwisata Bali, karena Bali merupakan penyumbang Devisa terbesar di sektor Pariwisata. Sebanyak 40% Devisa dari sektor pariwisata berasal di wilayah Bali.

Tiwik Ismaninggrum

“Siapapun nantinya terpilih sebagai Gubernur Bali maupu wakil Gubernur 2018 agar lebih memperhatikan pariwisata Bali, Singapura saja yang merupakan negara lebih kecil dari pulau Bali mampu bangkit sebagai negara bersih. Kenapa Bali tidak padahal penyumbang Devisa terbesar….?” Tegasnya.

Gubernur nantinya kerjasama dengan para Bupati untuk ciptakan budaya malu dengan sanski adat yang tegas, Gubernur yang sekarang terpilih harus lebih baik memikirkan kebersihan dan perbaikan sarana dan prasarana pariwisata seperti akses menuju pariwisata itu dari pada menambah destinasi pariwisata apalagi dengan reklamasi.

“Karena menurut saya destinasi pariwisata di Bali sudah cukup banyak, lebih baik menggali potensi dan memelihara seni budaya Bali asli yang hampir punah, karena hal itu merupakan aset dan daya tarik pariwisata Bali.” Pungkas Tiwik.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here