Denpasar – Bali saat ini membutuhkan dermaga pesiar internasional untuk mempercepat kunjungan wisatawan ke Bali. Dermaga Pesiar internasional bisa menjadi alternatif akses ke Bali selain bandara.
Hal ini disampaikan salah satu tokoh pariwisata Bali Wayan Puspa Negara di Denpasar, Jumat (27/10). Menurutnya, sejauh ini kunjungan wisman ke BaliĀ dari data statistikĀ tahun 2016 bahwa 98,5% (4,85juta) wisman melalui jalur Bandara Ngurah Rai dan hanya 1,5%(75.303 jiwa)Ā melalui jalur laut (kapal pesiar).
“Padahal jika melihat potensi strategis Bali yang berada di antara Singapura dan Australia, sangat potensial sebagai destinasi kapal pesiar dunia,” ujarnya.
Bali telah dikenal oleh para traveler dunia. Demikian jugaĀ berdasarkan info Cruise line International asociation, pergerakan kapal pesiarĀ mewah di AsiaĀ dalam setahunĀ berjumlah 172 umumnyaĀ transit di Singapore.Ā
Kemudian menuju AustraliaĀ melalui selat Bali & Selat Lombok.Ā Diproyeksi ada 2 jutaĀ penumpang wisman kelas atas di kapal pesiar mewah tersebut. Namun saat iniĀ BaliĀ belum memiliki dermaga pesiar internasional yang sanggup disinggahi kapal pesiar mewah dengan penumpang sampai 5000 orang.
Saat ini kapal pesiar dengan ukuran penumpang 1500 sapmai 2.500 telah juga datang berkala ke Bali setiap tahunnya. Dari 5 pelabuhan laut di Bali (Gilimanuk, Celukan Bawang, Tanah Ampo, PadangBai, Benoa) ternyata 3 pelabuhan selama ini telah sering dikunjungi oleh kapal pesiar mewah.
Dari 3 pelabuhan itu, Pelabuhan Benoa justru telah menjadi tempat pergerakan kapal pesiar lokal, Yacth & juga kapal pesiar mewah internasionalĀ seperti Meratus dan lain-lain. Demikian juga Pelabuhan Celukanbawang sudah rutin mendapat kunjungan kapal pesiar mewah dengan kapasitas 2.500 penumpang seperti Silver Wishper, Encourage Ancor.
Pelabuhan Padangbai juga pernah dikunjungi oleh kapal pesiar Queen Elizabeth. Namun dari ke-3 pelabuhan itu jelas bahwaĀ Bali belum memiliki Pelabuhan Pesiar Internasional yang bisa disandari kapal pesiar mewah dengan penumpang 5000 orang ke atas karena infrastruktur yang masih terbatas.
Oleh karena itu potensiĀ besar ini harus digenjot untuk menjadikan Bali memiliki aksesibilitas internasional selain Bandara Ngurah Rai. Hal ini akan dapat menjadi penguat jumlah kunjungan wisman berkelas ke Bali bahkah di saat kondisi post majeur atau bencana alam seperti status awas Gunung Agung.
Perlu menjaga kemungkinan terburuk, jika Gunung Agung erupsi dan Bandara Ngurah Rai ditutup dalam jangka waktu yang lama,Ā maka jalaur laut kapal pesiar mewah ini kelak amat menentukan kontinuitas kunjungan wisman ke Bali.
Oleh karena itu Bali seharusnya diarahkan menjadi pusat Pelabuhan Kapal Pesiar dengan membangun Pelabuhan Pesiar Internasional di Bali utara atau Celukanbawang, Bali timur di Tanah Ampo dan Bali selatan di Pelabuhan Benoa.
Bahkan data cruise Line International menyebutkan tak kurang dari 74 kapal pesiar mewah akan berlabuh di Benoa tahun 2018 dengan oroyeksi jumlah penumpangĀ Ā mencapai 91.325 orang.
Demikian juga Pelabuhan Celukanbawang sudah pula rutin dikunjungi kapal pesiar mewah. Hanya sajaĀ infrastrukturnya belum sepenuhnya siap. Jadi peningkatan kunjungan wisman ke Bali melalui jalur laut harusnya sudah dipersiapkanĀ hingga Bali tidak sepi dariĀ wismanĀ ketika jalur udara mengalami masalah atau kelumpuhan.
“Pembangunan Pelabuhan Celukanbawang & Pelabuhan Benoa untuk Dermaga Cruise internasional harus segera diwujudkan dan hal ini telah pula mulai digerakkan sebagai mana info dari Pelindo III, dimana Pelabuhan Benoa tahun ini akan dibangun dermaga timurĀ sepanjang 340 meter yang mampu menampung kapal pesiar dengan jumlah penumpang 5.000 orang dan perluasan terminal penumpang internasionalnya,” ujarnya.