Rai Mantra Minta Tradisi “Omed-omedan” Dilestarikan


DENPASAR – Calon Gubernur Bali yang diusung Koalisi Rakyat Bali (KRB), Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Rai Mantra) secara khusus hadir di tengah-tengah warga Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar yang menggelar tradisi omed-omedan, Minggu (18/3/2018).

Walikota Denpasar yang sedang cuti itu tetap menunjukkan kepeduliannya atas tradisi turun-temurun masyarakat Sesetan itu.

Berbaur dengan masyarakat, Rai Mantra menegaskan, tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan turun-temurun dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.

“Dalam tradisi terdapat kearifan yang dapat menjadi pegangan bersama dalam menemukan kedamaian,” ujar cagub nomor urut 2 itu.

Oleh karena itulah, menurut Rai Mantra, kita perlu mempertahankan tradisi. Sejak menjadi Walikota Rai Mantra mendorong pengembangan tradisi omed-omedan agar beriringan dengan situasi terkini.

“Jadi, spiritnya tetap dipertahankan, ekspresinya menyesuaikan dengan situasi kekikinan,” tandas cagub yang bertandem dengan cawagub Ketut Sudikerta dalam paket Mantra-Kerta itu.

Ditambahkan, efek dari pengembangan ini adalah semakin terbukanya kesempatan berusaha sembari tetap mempertahankan nalai-nilai tradisi.

“Karena itu saat ini penyelenggaraan omed-omedan berkembang dengan berbagai aktivitas kreatif anak muda. Aktivitas tersebut membuka peluang bergeliatnya aktivitas ekonomi di mana berbagai produk masyarakat dari kerajinan, clothing, hingga kuliner mendapat kesempatan untuk diperdagangkan dan laku,” tegas Rai Mantra.

Tradisi omed-omedan adalah tradisi unik menyambut tahun baru Caka yang dilakukan oleh warga Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar.

Mereka menyambut tahun baru Caka dengan saling merangkul, bersilahturahmi dan bersuka cita serta saling tarik-menarik antar pemuda-pemudi.

Keramaian di sekitar jalan Banjar Kaja tak terelakkan lagi. Warga sekitar dan para pengunjung yang telah memadati area depan Banjar Kaja demi menyaksikan tradisi Omed-omedan oleh pemuda-pemudi Banjar Kaja.

Sebelum memulai tradisi unik tersebut, ritual persembahyangan dilakukan untuk memohon doa keselamatan pada yang Maha Kuasa.

Seperti diketahui tak hanya dipadati ribuan penonton, kondisi jalan-jalan lokasi berlangsungnya tradisi unik tersebut juga terlihat sudah basah.  Sebagian panitia baju yang dikenakannya tampak basah.

Sebagian lagi para peserta menampung air di ember untuk menyiram pemuda-pemudi. Selang air telah mengalir sedari tadi.

Seorang tokoh masyarakat setempat, Anak Agung Ngurah Bima, yang juga Pangelingsir Puri Oka Banjar Kaja Sesetan menjelaskan seputar sejarah tradisi Omed-omedan.

Ia mengatakan tradisi Omed-omedan ini bertujuan untuk menyambut tahun baru Caka, untuk mengucapkan rasa syukur dan saling bersuka cita sekaligus ajang silaturahmi.

“Dulu ketika muda-mudi memainkan ini, Raja sempat marah karena keributan apalagi sedang sakit. Tetapi setelah melihat permainan itu Raja menjadi sehat karena rasa suka citanya,” ungkap Anak Agung Ngurah Bima.

Walaupun sempat dihentikan pada tahun 1970-an, Ngurah Bima menambahkan tradisi itu diberlakukan kembali ketika peristiwa mistis yang terjadi.

“Dulu ada babi yang secara misterius datang, dan berkelahi padahal sangat tidak mungkin babi akan keluar karena masing-masing warga punya kandang. Dari peristiwa itu. Namun tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak.” jelasnya.

Kemudian akhirnya atas kesepakatan Pangelingsir Puri dan Pangelingsir Banjar diadakan kembali hingga sekarang. RL/BD

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here