Nusa Dua – Gempa berkekuatan 5,7 SR yang berpusat di NTB ternyata dirasakan di seluruh Pulau Bali. Termasuk juga di Bali selatan yang menjadi area terselenggaranya Bali Demokrasi Forum di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).
Saat terjadi gempa, ratusan peserta dari 97 negara sedang menunggu acara pembukaan merasa takut akibat guncangan gempa yang dirasakan. Mereka umumnya tetap berdiri dan tampak kelihatan selalu bersiap-siap untuk lari keluar. Saat itu mereka sedang menunggu kehadiran Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi untuk menggelar acara pembukaan.
Sementara di sisi barat BNDCC, akibat gempa, plafon hotel sampai jebol. Beruntung plafon itu tidak menimpa peserta karena lokasinya berada di lantai 3 tepat di atas eskalator dari lantai 2 menuju lantai 3. “Beruntung saat gempa para peserta sedang berada dalam ruangan karena bersiap-siap mengikuti acara pembukaan, sehingga tidak ada satu pun yang melewati eskalator tersebut,” ujar salah satu peserta yang akan melewati eskalator tersebut.
Rubuhnya plafon hotel di sisi utara cepat direspon manajemen hotel. Salah seorang staf manajemen hotel Made Parwata saat dikonfirmasi mengaku kaget dengan insiden tersebut. Namun ia tidak mau menjelaskan jika rubuhnya plafon itu akibat gempa yang barusan saja terjadi.
“Kita belum mengecek, apakah plafon yang jatuh itu akibat gempa atau karena kebocoran. Kami harus mengecek terlebih dahulu dengan teknisi yang saat ini sedang bekerja. Jadi saya tidak bisa menjelaskannya lebih jauh,” ujarnya saat ditemui di lokasi perbaikan plafon.
Sementara beberapa staf lainnya ketika hendak dikonfirmasi awak media selalu mengelak dengan alasan bukan kewenangan dirinya untuk memberikan penjelasan kepada media. Akibat robohnya plafon tersebut, jalur eskalator ke lantai 3 ditutup karena sedang ada proses pengerjaan. Petugas dari pihak hotel sibuk memasang lempengan plafon yang terjatuh. Material yang rusak dibersihkan dari lantai 1 hingga lantai 3.
Seperti diberitakan, pada Kamis, 6 Desember 2018, pukul 08.02.47 WIB, sebagian besar wilayah Lombok dan Bali diguncang gempabumi tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki kekuatan M=5,7 yang setelah dimutakhirkan menjadi M=5,3. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 8,5 LS dan 116,06 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 10 km arah barat laut Kota Mataram, Propinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 10 km.
Dengan memperhatikan lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya maka gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault). Dampak gempabumi ini dilaporkan menimbulkan guncangan di daerah Lombok Utara dalam skala intensitas VI MMI, Lombok Barat dan Mataram V MMI, Lombok Tengah dan Lombok Timur IV MMI, Denpasar III-IV MMI, Jimbaran, Tabanan, Nusa Dua dan Sumbawa III MMI, Karangasem, Singaraja dan Kuta II-III MMI.
Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami. Hingga pukul 08.11 WIB, Hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock). Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.