BeritaDewata.com, Kuta – Deputi Kerjasama Luar Negeri dan Promosi BNP2TKI Elia Rosalina Sunityo saat ditemui di Kuta Bali, Kamis (27/4/2017) menjelaskan, kunjungan Raja Arab Salman bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia berdampak luas pada permintaan tenaga kerja terutama di sektor kesehatan. Permintaan terbanyak tenaga perawat asal Indonesia berasal dari Arab Saudi. “Permintaan tenaga perawat dari Arab Saudi saat ini sedang booming. Jumlah permintaan di tahun 2016 saja sudah mencapai 2 ribu orang. Itu dampak dari kunjungan Raja Arab ke Indonesia baru-baru ini,” ujarnya.
Menurutnya, permintaan yang 2 ribu orang itu baru berasal dari Arab Saudi saja. Belum lagi dari negara-negara di Timur Tengah lainnya, seperti Kuwait, Oman, dan beberapa negara lainnya. Saat ini pemerintah sedang mengupayakan untuk meningkatkan skill keperawatan, bahasa dan sebagainya. Untuk bahasa, selain bahasa Inggris juga harus sedikit Bahasa Arab. “Untuk bahasa Inggris dan bahasa Arab sebenarnya kalau di Timur Tengah tidak terlalu sulit. Asal bisa berkomunikasi saja sudah cukup. Istilahnya, I know what you said, and You know what I said. Itu sudah cukup,” ujarnya.
Peningkatan kapasitas lainnya adalah skill dalam bidang keperawatan. Ada perbedaan standar yang ada di Timur Tengah dengan di Indonesia. Rata-rata perawat di Timur Tengah, sistem kredit akademisnya mencapa 21 SKS. Sementara di Indonesia hanya mencapai 18 SKS. “Ketika perawat kita dikirim kesana, tetapi tidak memenuhi standar nasional disana, maka tenaga kerja kita akan digrounded, diturunkan menjadi asisten perawat. Ini juga berdampak pada gaji yang akan diterima. Itulah sebabnya kami sudah melakukan kerja sama dengan beberapa sekolah perawat di Indonesia agar menambah SKS-nya sehingga memenuhi standar Arab Saudi,” ujarnya.
Sementara Sekretaris Utama BNP2TKI Hermono mengatakan, minat Arab Saudi untuk menggunakan tenaga kerja asal Indonesia karena ada kesamaan agama, keramahtamahan dan kerja keras. “Orang Arab itu tahu kalau Indonesia itu mayoritas Islam. Perawat-perawat kita ramah, dan dedikasinya sangat tinggi. Itu menyebabkan pasien cepat sembuh. Makanya mereka suka menggunakan perawat asal Indonesia,” ujarnya.
Hingga saat ini pemerintah sudah mendidik sekittar 107 ribu lebih calon tenaga kerja Indonesia yang siap dikirim keluar negeri. Mereka kan dikirim ke lebih dari 17 sektor usaha, dengan tiga sektor terbesar yakni kesehatan, keuangan, dan hospitality. Pemerintah menggelontorkan dana lebih dari Rp17 miliar untuk melatih ketrampilan, keahlian, dan kemampuan bahasa lainnya. Para TKI itu akan dilatih gratis melalui inkubator tenaga kerja dengan biaya minimal Rp 3 jutaa perorang mulai dari 2 minggu hingga satu bulan. Setelah itu para TKI itu siap dikirim keluar negeri. Pemerintah sudah melarang sama sekali pengiriman tenaga kerja unskill, dan sektor pembantu rumah tangga keluar negeri untuk meminimalisir persoalan yang terjadi. Karena hasil riset menunjukkan, 92 persen persoalan TKI di luar negeri adalah mereka yang unskill dan dikirim melalui jalur yang tidak resmi.